Minggu, 31 Januari 2010

Kakek Bodoh Memindahkan Gunung


PADA zaman dahulu terdapat seorang kakek bernama Kuko. la tinggal bersama keluarganya di Cina, di Provinsi Sansei. Desanya berada di tengah GunungTaiko dan Gunung Ho-oku yang sangat besar.
Jika mereka ingin pergi ke luar dari desanya, maka mereka harus melalui gunung yang terjal ini. Meskipun terletak di daratan, desanya bagaikan pulau tersendiri. Oleh karena itu, seluruh orang yang tinggal di desa itu merasa tidak bebas hidupnya. “Saya ingin sekali membeli kain di kota untuk hadiah bagi ibu tapi waktunya tidak akan mencukupi karena harus melewati gunung Taiko,” kata seorang anak. Ada juga seorang laki-laki yang selalu melamun, “Kalau saja tidak ada gunung Ho-oku, pasti istriku bisa diselamatkan oleh tabib di desa sebelah. “Orang-orang yang hidup di desa itu merasa tidak gembira karena hidup mereka bagaikan katak dalam tempurung.

Suatu hari, Kuko yang berusia 90 tahun berkata, “Jika saya tiba-tiba meninggal, tidaklah aneh. Namun, pada ak¬hir hidup ini, aku ingin melakukan sesuatu yang berguna untuk anak cucuku. Aku bertekad untuk memotong dan memindahkan dua gunung ini supaya dapat membuat jalan. Jika gunung ini menjadi rata dan terdapat jalan, maka penduduk desa ini dapat pergi ke mana pun dengan bebas. Kita harus bersatu hati dan bergotong ro-yong mewujudkannya”.

Keluarga Kuko yang mendengarnya langsung cemas. Semua orang tak dapat mengeluarkan kata-kata saking terkejutnya, hingga akhirnya, istrinya berkata perlahan, “Kalau sampai kamu kelelahan dan terus sakit bagaimana?” Belum sempat Kuko menjawab, salah satu kerabatnya yang ikut hadir saat itu sudah berteriak keras, “Mana mungkin!”

Tiba-tiba anak laki-laki yang tertua mengatakan, “Saya dapat memahami keinginan Ayah. Saya berjanji untuk memotong dan merubuhkan gunung itu. “Anak laki-laki yang kedua menyambung, “Di bagian Selatan terdapat mata air, maka kita harus terus membuat jalan menuju mata air tersebut.” Anak laki-laki ketiga ikut bersemangat, dia segera berdiri, menggulungkan lengan bajunya dan berseru, “Kalau semua sudah setuju, kita bisa memulainya besok.”

Ibu mereka yang terus mendengarkan menjadi sangat khawatir, “Mana mungkin gunung ini dapat dirubuhkan, apalagi gunung tersebut sangat terjal. Lagi pula, tanah dan batu dari gunung tersebut mau dibuang ke mana?”

“Kami yang akan membawa dan membuangnya ke laut,” kata seorang cucunya sambil menggandeng tangan cucu lainnya.

Keesokan harinya mereka mulai mengerjakan proyek ini. Di pagi buta keluarga Kuko sudah ke luar rumah dengan semangat menuju gunung Taiko. Ada yang membawa pacul, ember, parit, tali, minuman, makanan, dan lainnya.
Kuko sendiri mulai memacul gunung tersebut. “Kamu memecahkan batu besar,” kata Kuko kepada anak tertuanya. “Kamu merubuhkan pohon-pohon,” kata Kuko kepada menantunya.

“Kami bertiga yang akan naik ke atas gunung dan mengikis gunung,” kata anak kedua, ketiga, dan keempat. Dalam sekejap, para cucunya mulai memindahkan batu dan tanah ke dalam ember. “Tralala trilili,” para cucunya bernyanyi sambil memikul tanah dan batu ke arah laut untuk membuangnya.

Melihat peristiwa ini, para perempuan di desa itu langsung berkata kepada anak mereka, “Lihatlah kelu-arga Kuko! Kalian juga harus menyumbang tenaga untuk bergotong royong.”
Laki-laki lain yang juga tinggal di desa itu pun ikut berkata, Wah kita malu kalau hanya berpangku tangan saja melihat mereka bekerja keras.”

Akhirnya, semua penduduk di desa tersebut, termasuk anak-anak bergotong royong untuk memindah-kan gunung tersebut. Mereka bekerja sambil tertawa tawa gembira karena memiliki keinginan yang sama. Makanan dan minuman juga mengalir tanpa henti. Hidup mereka menjadi lebih bersemangat dan bergairah karena memiliki tujuan dalam hidupnya.

Tanpa terasa, satu tahun telah berlalu, namun gunung itu tidak juga terlihat memendek. Jisyo, orang yang memiliki kedudukan tinggi di desa tetangga, mengatakan kepada Kuko, “Anda adalah orang yang sangat gigih dan tidak pernah putus asa. Tapi, untuk meratakan gunung yang sangat besar ini mungkin membutuhkan waktu hingga ratusan tahun. Sekarang telah berlalu satu tahun dan baru dapat membuat jalan sepanjang 100 meter. Pekerjaan ini siasia dan tidak mungkin berhasil.”

Sambil tertawa Kuko menjawab, “Jangan berpikir ini ‘baru’ mencapai 100 meter. Berpikirlah bahwa kita telah berhasil mencapai 100 meter. Sekalipun nanti saya meninggal, anak-anak saya masih hidup dan pasti akan meneruskan keinginan saya. Anak saya juga akan meneruskan keinginan ini hingga ke cucu dan buyutnya, sehingga gunung yang tinggi ini pasti dapat dirubuhkan.” Kuko terdiam sesaat. “ini adalah teori kewajaran,” ujarnya lebih lanjut sambil tersenyum.

Mendengar perkataan Kuko, Jisyo langsung terhenyak. Perkataan ini juga didengar oleh dewa gunung yang langsung melaporkannya kepada Dewa Indera. Dewa Indera sangat kagum dan memuji keinginan Kuko yang sangat gigih dan tindakan yang mereka lakukan. Oleh karena itu, Dewa Indera mengutus dua dewa untuk membantu Kuko.

Dalam satu malam, dua dewa tersebut memindahkan dua gunung, yakni Gunung Taiko di sebelah Utara dan Gunung Ho-oku di sebelah Selatan. Akhirnya, gunung itu sudah tidak ada lag!, dan terdapat jalan menuju mata air dan desa-desa lain. Keteguhan dan keyakinan perasaan Kuko, serta kegigihan pelaksanaan Kuko ini dapat menggetarkan Dewa sehingga memindahkan dua gunung yang besar tersebut. Hal yang semula tidak mungkin terjadi pun akhirnya menjadi kenyataan.


Di Tiongkok, kisah legenda ini terkenal dengan sebutan "Kisah si Kakek Bodoh Memindahkan Gunung."

Walau cerita itu hanya sekadar legenda, namun pesan moral tentang kekuatan tekad dan kesungguhan hati ini sungguh luar biasa!! Kita tahu, kemajuan peradaban manusia tidak akan seperti sekarang, jika dunia ini tidak dihuni oleh manusia-manusia yang memiliki tekad seperti kakek tua tadi. Saat ini, tak terhitung jumlah penemuan baru dan teknologi modern sebagai karya-karya spektakuler dari manusia-manusia bertekad baja. Sulit dibayangkan, apa jadinya dunia ini jika tidak ada manusia-manusia yang memiliki cita-cita besar, tekad membaja, konsistensi, dan persistensi yang luar biasa.

Legenda di atas mengajarkan kepada kita, bahwa kemajuan pribadi-pribadi, kemajuan masyarakat, dan kemajuan sebuah bangsa sangat dipengaruhi oleh kekuatan tekad. Tekad merupakan sumber motivasi yang menggerakkan manusia menuju cita-citanya. Tekad merupakan kekayaan sekaligus modal bagi kemajuan dan kemakmuran. Bagi mereka yang memiliki tekad yang sangat kuat, tidak ada yang mustahil di dunia ini. Nothing is impossible under the sun.

Selama memiliki tekad, kesungguhan hati, keyakinan dan konsistensi, kita akan mampu mewujudkan apa yang kita cita-citakan.

Miliki tekad dan ciptakan apa yang tidak mungkin menjadi mungkin!

dari milis motivasi

Jumat, 29 Januari 2010

Kisah Profesor dan Si Nelayan


Kisah Profesor dan Si Nelayan
Suatu hari bertemulah dua orang sahabat lama di kampung pesisir sebuah pantai. Keduanya dulu sahabat dibangku SD dan SMP. Atas perjalanan sang waktu dan kesempatan maka selepas dari SMP maka mereka menjalani kehidupan masing-masing, yang satu pergi merantau ke kota untuk meneruskan jenjang pendidikannya hingga menjadi Professor dan satunya tetap tinggal di kampung nelayan menjalani kehidupan menjadi nelayan sejati.

Rentang waktu beberapa puluh tahun maka suatu hari Sang Professor pulang kampung mengunjungi sanak-saudara dan keluarga beserta teman-teman lamanya.

Bertemulah kedua sahabat itu dan kemudian saling melepas kangen. Sebagai bentuk reuni mereka maka teman yang berprofesi sebagai nelayan mengajak temannya yakni Sang Professor untuk naik perahu kecil memancing ikan ke tengah lautan.

Dalam perjalanan ke tengah laut terjadilah dialog yang menarik antara dua kawan lama ini.

“Apa kamu bisa bebahasa inggris?”, tanya sang professor kepada si nelayan.

“Wah, terus terang saja saya tidak sempat belajar bahasa Inggris karena aku hanya belajar sampai SMP dan kemudian menjadi nelayan setiap pagi & sore.” jawab si nelayan dengan ringan dan sedikit malu-malu.

“Rugi sekali kamu tidak bisa bahasa Inggris, dengan bahasa Inggris kamu bisa mempelajari aneka ilmu, berkeliling dunia, merantau dan bisa menjadikan kamu kaya raya. Sebaliknya jika kamu tidak bisa bahasa Inggris berarti kamu sudah kehilangan 50% hidupmu”, saut sang professor dengan nada yang mulai menampakkan keunggulan & kesombongannya.

Kemudian professor bertanya lagi, “Kalau ilmu matematika kamu bisa tidak?”.

Dengan malu yang makin besar, maka suara lirih sang nelayan menjawab parau, “Apalagi ilmu matematika, kamu tentu tahu sendiri lah dengan bekal aku cuma lulusan SMP pasti tidak tahu banyak tentang Matematika”.

Jawaban si nelayan menjadikan sang professor makin besar kepala dan merasa lebih dari sahabat lamanya.

Tiba ditengah laut tiba-tiba cuaca berubah menjadi mendung, dan ombak hujan bercampur angin lebat menerpa perahu kecil kedua sahabat tersebut.

Melihat kondisi ini sang professor menjadi sangat ketakutan dan memegang erat-erat tepian perahu.

“Tenang saja kawan, ombak ini insya allah tidak akan membinasakan kita. Ini biasa terjadi kalau cuaca seperti ini”, celetuk si nelayan memberikan penerangan kepada sang professor.

“Kita tidak usah takut. Jika ombak menghempaskan perahu ini maka kita tinggal berenang beberapa ratus meter dari sini, maka kita akan sampai ke daratan pantai”, tambah si nelayan.

Mendengar ucapan itu maka makin takutlah sang professor dan mendekap erat si nelayan.

Sang professor kemudian berkata, “Justru karena saya tidak bisa berenang maka saya takut jika perahu ini terbalik dan ombak menghempasakan kita di tengah laut”, berkata dengan penuh ketakutan.

“Wah percuma kamu jika jadi professor tidak bisa berenang, kalau tidak bisa bahasa Inggris & Matematika tadi kamu katakan akan kehilangan 50% hidupmu, tapi jika saat ini kamu tidak bisa berenang maka kamu akan kehilangan 100% hidupmu”.

Kerabat Imelda, Jika kita mempunyai kelebihan maka kita tidak boleh mencela dan menghina kekurangan orang lain karena bisa jadi kita banyak kelebihan disisi yang lain tapi banyak juga kekurangan disisi yang lainnya.

Hiduplah saling mengisi agar kehidupan ini menjadi saling melengkapi dan semakin indah.


dari milis motivasi

Sabtu, 23 Januari 2010

Ketika Hati Merapuh


Ketika Hati Merapuh
"Guru, aku rapuh… hidupku tak berguna… laksana daki… aku hanya mengotori…"
"Laksana pohon… batang dahanku merapuh mati"
"Aku ingin bunuh diri!"
Demikian Murid terisak didepan sang Guru yang diam duduk bersila menikmati segelas kopi tubruk nan nikmat disebuah ruangan yang temaram.

Sang Guru bangkit mengambil aquarium kecil disudut ruangan yang berisi dua ekor ikan
Satu ekor berwarna keemasan dan seekor ikan putih yang terlihat biasa karena ikan tersebut memang ikan yang biasa hidup di persawahan

Lalu dituangkan beberapa tetes tinta hitam kedalamnya
Hingga air berubah warna menjadi pekat dan hitam
Ikan kecil itu perlahan mulai terlihat kebingungan
Bahkan ikan yang keemasan terlihat sempoyongan
Berjalan kehilangan arah… kesana kemari
Menggelepar kehabisan oksigen
Hingga mati
"Muridku… hati dan pikiranmu adalah laksana ikan dalam air hitam ini…"
"Gelap, pengap, sempit menyesakan"
"Ketika dalam gelap dunia terasa sejengkal lebarnya"
"Ketika dalam pengap serasa hidup tak berdaya… tanpa pilihan"
"Ketika pikiran sempit… hati kita tumpul… jiwa kita merapuh"
Dengan perlahan Sang Guru mengambil teko besar berisi air putih jernih
Dituangkannya ke dalam akuarium yang berwarna hitam itu
Sehingga perlahan warna hitam air tersebut terus memudar
Terus dituang bahkan hingga air di aquarium melimpah
Terus dituang hingga air didalam aquarium menjadi kembali jernih dan bening
Menyisakan ikan putih yang kembali segar berenang dengan riangnya….
"Muridku… penuhi jiwa dan hatimu dengan kebaikan dan limpahilah dengan syukur …"
"Lupakan segala kesulitan, kemalangan, kegelapan yang ada"
"Syukurilah kemudahan yang ada"
"Fokuslah pada kelapangan bukan pada kesempitan"
"Hitunglah keberuntungan dan lupakanlah kemalangan"
"Limpahkanlah perasaan syukurmu dengan menebar kebaikan ke sekitarmu"
"Penuhi hatimu dengan perasaan syukur maka perlahan hatimu terpenuhi syukur"
Murid bertanya: "Guru, aku sulit merasakan syukur"
Sang Guru menjawab : "Cukup perbanyak berbuat kebaikan maka hatimu akan belajar bersyukur"

Murid bertanya: "Guru, aku lemah dan tidak bisa bersabar"
Sang Guru menjawab : "Jadilah ikan sawah yang di asah oleh kesulitan hidup"
"dan menjadikan setiap kesulitan hidup adalah bagian dari proses menuju keberhasilan"
Murid bertanya: "Guru, aku masih dalam kegelapan"
Sang Guru menjawab: "Jadilah Cahaya!"
"sekecil apapun, jadilah cahaya bagi sekitarmu"
"terbarkanlah kebaikan….!"
"maka perlahan kegelapanmu akan sirna, karena kamu sudah menjadi cahaya"
Terimakasih Guru...
Semoga bermanfaat.


dari milis motivasi

Selasa, 12 Januari 2010

The Lesson from Life



Ada seorang anak dari teman, sudah setengah tahun lulus Wisuda, tidak pergi mencari kerja, pagi tidur sampai siang, malam pergi main internet sampai tengah malam. Belakangan ini meminta uang kepada orang tuanya, mau pergi ke Amerika menuntut ilmu lebih dalam lagi. Teman ini bertanya kepada saya, mesti tidaknya dia membiarkan dia pergi. Saya menatap rambut teman saya yang banyak putihnya dalam dalam & berkata: "Jika kamu berniat agar anak kamu baik nantinya, biarkan dia pergi, tapi jangan kasih dia uang". Saya terpikir cerita keponakan saya. Dia adalah warga Amerika, dari kecil selalu berpikir mau jadi pengembara, ingin berkelana melihat lihat dunia luar, jadi ingin pergi berkeliling dunia, nanti setelah kembali mau melanjutkan sekolah di Universitas. Biarpun ayahnya seorang dokter, ekonomi keluarga memungkinkan, tetapi ayah ibunya tidak memberinya uang dan dia juga tidak memintanya dari mereka. Sesudah tamat SMA, maka dia segera pergi ke hutan Alaska untuk memotong kayu untuk menabung.

Karena di Alaska saat musim panas siang hari sangat panjang, matahari baru terbenam kira² tengah malam dan sebentar kemudian jam 3 subuh sudah terbit lagi. Jika dalam sehari dia bisa bekerja 16 jam, memotong kayu selama 1 musim, maka dia bisa menabung untuk keliling dunia selama 3 musim.

Maka setelah keliling dunia 2 tahun akhirnya kembali ke sekolah untuk meneruskan pelajaran di Universitas. Dan karena hal ini adalah dirinya sendiri yang memikirkan matang² & secara mendalam, maka jurusan pilihannya yang semestinya perlu 4 tahun untuk lulus, diselesaikannya dalam waktu 3 tahun. Setelah itu mulai mencari pekerjaan.
Karirnya cukup baik, bisa dibilang searah dengan arah angin, lancar naik terus sampai ke posisi Kepala Insinyur/ Manajer Teknik. Pada suatu saat dia bercerita kepada saya dan mengatakan hal di bawah ini yang mempengaruhinya seumur hidup.

Ketika dia bekerja paruh waktu di Alaska, pernah sekali dia dan temannya mendengar teriakan erangan serigala di atas gunung. Mereka sangat cemas dan mulai mencari cari, akhirnya menemukan seekor serigala betina terjerat jebakan dan sedang merintih kesakitan. Terus dia memperhatikan alat jebakan besi yang unik dan tahu bahwa itu adalah milik seorang Pak Tua.

Pak Tua ini adalah amatiran, menggunakan waktu luangnya untuk menangkap binatang, kemudian menjual kulitnya untuk menambah kebutuhan dapurnya.
Tetapi setahu mereka, si Bapak Tua tadi beberapa hari lalu karena serangan jantung telah diangkut pakai helikopter ke rumah sakit Ancrukhy untuk mendapatkan pertolongan dan dirawat sekarang.
Dan serigala betina ini bakal mati kelaparan karena tidak diurus. Timbul keinginan dia melepaskan serigala betina itu tetapi serigala itu sangat ganas & garang sehingga dia tidak dapat mendekat. Dia juga mengamati ada tetesan susu dari serigala betina ini dan ini menandakan bahwa di sarangnya pasti ada anak² srigala. Dia & temannya menghabiskan banyak sekali tenaga & waktu untuk mencari sarang srigala, sampai menemukan 4 ekor anak serigala dan membawa mereka ke tempat serigala betina tadi untuk diberikan susu. Dengan demikian bisa menghindarkan mereka dari bahaya mati kelaparan. Dia mengeluarkan bekal makanan sendiri untuk diberikan ke serigala betina sebagai makanan & mempertahankan hidupnya.

Malam hari masih harus berkemah di sana dekat serigala betina untuk menjaga serigala & keluarganya dari serangan binatang lain karena ibu serigalanya terjerat tidak bisa membela keamanan diri sendiri maupun anak anaknya. Hal ini terus berlangsung sampai hari kelima, saat dia mau memberi makan serigala betina, tiba² dia memperhatikan serigala tadi mulai meng- goyang²-kan ekornya. Kemudian dia tahu kalau dia sudah mulai mendapatkan kepercayaan dari serigala betina ini.

Akhirnya setelah berlalu 3 hari lagi, baru serigala betina mengizinkan dirinya didekati, membuka jeratan jebakan yang men jepitnya dan melepaskannya bebas kembali. Setelah bebas, serigala betina ini kemudian menjilat tangannya dan membiarkan dia memberikan obat luka di kakinya.

Terakhir serigala betina ini membawa anak² pergi, dengan sesekali memutar balikkan kepalanya melihat ke belakang ke arah dia.
Dia terduduk di atas batu dan berpikir, jika seorang manusia bisa membuat seekor binatang buas seperti serigala menjilat tangannya dan menjadi temannya, apakah bisa tidak mungkin seorang manusia membuat manusia lain meletakkan senjatanya & berkawan?
Dia bertekad di kemudian hari untuk berbuat baik & menunjukkan ketulusan hati kepada orang lain, karena dari kasus ini dia mempelajari bahwa dia terlebih dahulu menunjukkan ketulusan hati, maka lawan pasti akan membalasnya dengan ketulusan juga. (Sambil bergurau dia berkata, jika demikian saja tidak bisa, maka kalah sama binatang.)

Karenanya setelah masuk bekerja, di perusahaan dia berbaik hati kepada orang lain. Per-tama² selalu menganggap orang lain berniat baik, kemudian sendiri bersikap tulus, sering kali suka menolong orang lain, tidak berhati sempit & mengingat kesalahan kesalahan kecil orang lain.

Oleh karena ini setiap tahun dia selalu naik jabatan, promosinya cepat sekali. Yang paling penting adalah dia setiap hari melewati kehidupannya dengan sangat gembira, katanya orang yang membantu orang lain adalah lebih gembira dibandingkan dengan orang yang menerima bantuan, memberi lebih baik daripada menerima.

Dia berkata kepada saya bahwa dia selalu berterima kasih atas pengalaman dia di Alaska dulu, karena ini membuat dia menerima rejeki kebajikan yang tak habis habisnya seumur hidup ini. Dan ini benar sekali, hanya sesuatu hal yang kita mau, yang bisa kita hargai, strawberry yang sudah mendapatkan embun baru akan manis, manusia yang sudah diasah kesulitan baru menjadi dewasa dan matang.

Jika ada seseorang yang tamat Universitas dan tidak tahu mau bekerja apa, maka harus membiarkan dia pergi keluar untuk diasah oleh sang kehidupan, tidak perlu memberikan dia uang, biarkan dia mencari makan dengan tenaganya, berikan dia 1 kesempatan untuk membuktikan kekuatan dirinya & mencicipi kehidupan, percaya dia pasti bisa mendapatkan sebuah pengalaman yang berguna seumur hidup.

Lamar Boschman - "I would rather my heart be without words than my words be without heart."

dari milis motivasi

Sabtu, 09 Januari 2010

PENAMPILAN


PENAMPILAN 
Jika anda mengenal seorang wanita yang sedang hamil, dan telah mempunyai 8 orang anak, tiga diantaranya tuli, dua buta, satu mengalami gangguan mental dan wanita itu sendiri mengidap sipilis, apakah anda akan menyarankannya untuk menggugurkan kandungannya?

Jika anda menjawab ya, maka anda baru saja membunuh salah satu komponis masyhur dunia. Karena anak yang dikandung oleh sang ibu tersebut adalah Ludwig van beethoven.

Sekarang adalah saatnya memilih pemimpin dunia dan keputusan anda berpengaruh besar terhadap siapa yang akan menjadi pemenang. Berikut adalah fakta mengenai ketiga calon tersebut.

Calon A: dihubung-hubungkan dengan politisi jahat dan sering berkonsultasi dengan astrologis, punya dua istri muda, dia juga seorang perokok berat dan 8 – 10 botol martini setiap hari.

Calon B: dipecat dua kali dari kantor dan selalu bangun sore hari, pernah memakai narkoba waktu kuliah dan minum wiski setiap sore hari.

Calon C: dianggap sebagai pahlawan perang, vegetarian, tidak merokok, hanya sesekali minum bir, tidak pernah berselingkuh diluar perkawinannya.

Siapa diantara ketiga orang ini yang akan anda pilih? Mungkin anda tidak akan pernah menduga, siapa sebenarnya calon-calon ini:

Calon A adalah Franklin D Roosevelt
Calon B adalah Winston Churchill
Calon C adalah Adolf Hitler

Sekali lagi sejarah mengajarkan untuk tidak melihat dan menilai seseorang dari penampilan.

dari milis motivasi