Minggu, 23 Oktober 2011

Keluarga Kura-Kura Yang Sedang Piknik


Pada hari yang cerah, keluarga kura-kura memutuskan untuk pergi piknik di sebuah taman yang cukup jauh dari kediaman mereka. Ayah, ibu dan dua anak kura-kura mempersiapkan bekal piknik sebelum berangkat. Karena kura-kura adalah hewan yang lambat, mereka harus menempuh waktu satu hari satu malam untuk mencapai tempat piknik yang mereka tuju. Tidak ada satu pun dari mereka yang mengeluh, karena mereka sudah terbiasa berjalan lambat. Saat sudah tiba di tempat piknik, anak kura-kura merasa senang karena lokasi piknik tersebut berupa taman yang masih asri dan belum banyak dijamah manusia. Ada air terjun kecil dan terhubung dengan sungai yang airnya sangat jernih, berbeda dengan mata air di dekat kediaman mereka, airnya sedikit keruh dan tidak terlalu segar. Dua anak kura-kura itu bermain dengan riang, sedangkan ibu dan ayah kura-kura mengeluarkan bekal makanan dari dalam tas. "Wah, ada bahan makanan yang tertinggal," ujar ibu kura-kura. "Makanan kita tidak akan lezat tanpa bahan makanan itu," "Sayang sekali, bagaimana jika kita mengundi siapa yang harus kembali ke rumah dan mengambil bahan makanan itu kembali?" saran sang ayah kura-kura. Semua setuju, kecuali si sulung, karena dia merasa akan ada sesuatu yang tidak beres dalam rencana tersebut. Tetapi dia diam saja karena tidak ingin mengurangi rasa senang dalam piknik keluarga ini. Akhirnya, hasil undian menunjukkan bahwa si sulung yang harus kembali ke rumah untuk mengambil bahan makanan itu lalu kembali ke lokasi piknik untuk makan bersama-sama. Saat itu, si sulung akhirnya mengeluarkan isi hatinya. "Tapi rumah kita jauh dan membutuhkan waktu satu hari untuk mencapainya," ujar si sulung dengan wajah bingung, "Jika aku kembali lagi ke tempat ini, akan menghabiskan waktu dua hari. Bisa-bisa kalian semua sudah memakan bekal piknik itu sebelum aku kembali ke sini," "Tenang saja, nak. Kami semua akan menunggumu kembali dan tidak akan memakan bekal makanan itu." ujar sang ayah berjanji. Ibu kura-kura dan si bungsu juga mengangguk setuju. "Janji!" tambah sang sulung. "Iya kami berjanji," ujar mereka bertiga. Akhirnya si sulung pergi menuju rumah untuk mengambil bahan makanan yang tertinggal. Berjam-jam mereka menunggu, perut tiga ekor kura-kura itu sudah berbunyi nyaring dan minta diisi. Si bungsu mulai merengek karena lapar sedangkan si sulung baru tiba ke tempat piknik keesokan harinya. Ayah dan ibu kura-kura juga merasakan hal yang sama. "Ya sudah, kita makan saja bekal ini, tak apa walaupun bahan makanannya tidak lengkap," ujar ayah kura-kura. Akhirnya mereka membuka tas bahan makanan. Dan pada saat itu, si sulung tiba-tiba melompat dari balik semak-semak. "Sudah kuduga kalian akan makan sebelum aku kembali," teriaknya dengan nada suara kecewa, "Makanya aku sembunyi di semak-semak dan tidak pulang untuk membuktikannya. Kerabat Imelda, dari kisah di atas, kita dapat mengambil kesimpulan agar tidak terburu-buru saat merencanakan sesuatu, karena segala hal perlu sebuah pemikiran matang sebelum dilakukan. Selain itu, jangan mudah berjanji bila tidak yakin dengan janji Anda. Jangan berjanji bila itu hanya untuk membuat orang lain percaya pada Anda tetapi Anda sendiri tidak dapat menjaga janji itu dengan baik. SUMBER:KapanLagi.com

Senin, 17 Oktober 2011

Seekor Kambing di Dalam Sumur


Pada suatu hari, seekor serigala berjalan-jalan di pinggir hutan. Saat sedang mencari buruan, dia menemukan sebuah sumur yang memiliki air jernih di dalamnya. Karena penasaran dan rasa haus yang melanda, serigala tersebut berjalan di pinggir sumur untuk mencapai air. Karena terburu-buru, sang serigala terpeleset dan masuk ke dalam sumur. Beruntung, sumur tersebut tidak terlalu dalam, hanya seperempat bagian kaki serigala yang terendam. Masalah timbul, bagaimana caranya serigala itu dapat keluar dari dalam sumur? Sang serigala lama memikirkan hal itu hingga dia mendengar suara seekor kambing di luar sumur sedang berjalan-jalan. Sang serigala lalu memanggil kambing. "Kambing, masuklah ke dalam sumur ini! Ada banyak air yang rasanya segar sekali..." ujar sang serigala. "Benarkah?" tanya sang kambing tidak percaya. "Tentu saja, aku tidak berbohong, masuklah!" Sang kambing akhirnya masuk ke dalam sumur dan meminum air yang menurut serigala sangat enak. Ternyata serigala memang tidak berbohong, air di dalam sumur sangat segar dan nikmat. Lalu sang serigala mengatakan, "Tetapi aku bingung bagaimana cara kita keluar dari sini," ujar sang serigala menambahkan. Pada saat itu, kambing juga ikut berpikir. Sang serigala lalu menawarkan sebuah ide jitu, dia meminta kambing untuk menaikkan kedua kaki depannya pada dinding sumur, dengan begitu, serigala dapat keluar ke atas. Kambing menyetujui hal tersebut dan menganggapnya sebagai ide yang cerdas. Tak disangka, serigala tertawa kencang ketika sudah keluar sumur dan membiarkan kambing bingung seorang diri. "Dasar kambing bodoh, aku sengaja menyuruhmu masuk ke sumur agar aku dapat keluar. Nah, pikirkan sendiri bagaimana cara agar kau dapat keluar dari sumur itu," Sang serigala lalu meninggalkan kambing yang berada di dalam sumur seorang diri dan tidak tahu bagaimana caranya keluar dari dalam sumur. Kerabat Imelda...dari cerita ini, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa ajakan apapun yang ditawarkan oleh orang lain sebaiknya kita pikirkan dengan baik. Bisa jadi orang yang menawarkan sesuatu yang menggiurkan tidak berbohong pada awalnya, tetapi berhati-hatilah karena Anda bisa terjebak dalam sebuah permainan yang akan merugikan diri Anda sendiri di kemudian hari. SUMBER: kapanlagi.com

Sabtu, 15 Oktober 2011

Nilai Sebuah Kepercayaan


Ada seorang pemuda yang dulunya hanya seorang Office Boy biasa di perusahaan Jepang. Namun selang tahun kemudian pemuda ini berhasil menjadi pengusaha sukses di bidang jasa. Kenapa itu terjadi ? Pemuda yang hanya lulus SMP awalnya hanya mencari pekerjaan. Dan diterimalah dia bekerja di kota besar ini. Betapa senangnya pemuda itu. Itu terlihat dari kinerjanya yang selalu bersemangat dalam mengerjakan tugas, selalu tersenyum ramah dan siap menolong teman yang membutuhkannya. Bahkan kerja lembur dan tidur di kantor pun dijalaninya dengan senang. Tugas yang tadinya hanya jadi pesuruh, membereskan file, mengantar minuman di suatu hari meningkat menjadi pembantu administrasi. Saat ada karyawan kantor yang mengalami musibah dan tidak dapat menyelesaikan tugasnya, pemuda itu mau belajar keras menggunakan komputer untuk membantu temannya mengetik tugas. Bos pemuda itu adalah orang Jepang. Dan pemuda itu sering sekali menemani dan membantu bosnya itu bekerja lembur. Walau perintah bos ini menggunakan bahasa Jepang, namun karena keinginan keras untuk belajar maka pemuda itupun menguasai bahasa Jepang sekaligus. Dan penguasaannya terhadap bahasa Jepang juga tidak lepas dari bantuan karyawan Jepang yang ada diperusahaan itu, yang sangat menghargai jika ada bangsa lain yang mau belajar bahasanya. Karena itu setiap teman Jepangnya pulang kampung pemuda itu selalu minta untuk dibawakan buku – buku. Hasilnya terlihat empat tahun kemudian. Dari yang semula hanya pembantu administrasi naik menjadi asisten administrasi penghubung. Setiap ada tamu dari Jepang pemuda itu selalu yang diminta untuk menemani mereka. Menjadi penerjemah bagi mereka dan lama - lama pemuda itu dipercaya mengurus banyak hal seperti menghadap pejabat dan menyampaikan pesan penting antar departemen. Sekian tahun kemudian atas persetujuan dan bantuan bosnya serta kepercayaan yang terbentuk selama ini, pemuda itu meminta ijin mengundurkan diri untuk membuka usaha di bidang jasa, yaitu mengurus berbagai perijinan dan perekrutan karyawan, khususnya untuk perusahaan Jepang yang akan berinvestasi di Indonesia. Pemuda itu merasa bersyukur dengan apa yang telah dialami dan didapatkannya. Dan berjanji akan terus belajar. Kerabat Imelda...kisah ini adalah sebuah contoh proses perjuangan seorang karyawan biasa sampai akhirnya bisa membangun usahanya sendiri. Apa yang dicapainya saat ini tidak dibangun dalam sekejap, tapi dengan kerja keras, kejujuran, dapat dipercaya dan penuh tanggung jawab, mau belajar serta tahu menempatkan diri. Dan kualitas karakter positif itulah yang mengubah hidupnya. Karena itu jika kita ingin berhasil sepertinya maka kita bisa memulainya dari dimana kita berada saat ini dengan belajar, bekerja sungguh – sungguh, dan mampu menjaga kepercayaan yang diberikan. Begitu integritas kita terbangun maka apapun yang kita tekuni lambat atau cepat pasti akan mendapat tempat dan pasti kesuksesan demi kesuksesan akan datang menyusul. SUMBER:ceritadanwarta.com

Jumat, 07 Oktober 2011

Kisah Ibu Kepiting dan Anaknya


Pada hari yang cerah, saat air laut mulai surut, ibu kepiting dan anaknya berjalan-jalan di sepanjang pantai. Mereka bertemu dengan banyak makhluk. Ada manusia yang sedang berjalan-jalan, ada anjing, kodok dan lain sebagainya. Sang ibu kepiting mengamati mereka semua, lalu dia mengamati bahwa ada yang salah pada cara berjalan anaknya. "Anakku, mengapa kau tidak berjalan lurus ke depan?" ujar sang ibu kepiting, "Coba kau lihat, manusia, anjing, kodok dan semua makhluk yang kita temui berjalan dengan arah lurus ke depan. Hanya kamu yang berjalan dengan arah menyamping," sang ibu kepiting agak cemas karena merasa anaknya tampak aneh dari yang lain. "Baiklah ibu, aku akan berjalan dengan arah ke depan," ujar sang anak kepiting. Dia berusaha berjalan dengan arah ke depan, tetapi tidak bisa. Si anak kepiting selalu terjatuh saat mencoba. Bahkan dia merasa kaki-kakinya menjadi sakit bila dipaksa untuk berjalan dengan mengarah ke depan seperti yang dilakukan makhluk-makhluk lainnya. "Aku tidak bisa, ibu," ujar si anak kepiting, tetapi sang ibu terus memaksa agar anaknya bisa berjalan lurus. "Coba ibu contohkan bagaimana berjalan lurus ke depan yang benar!" ujar si anak kepiting karena telah putus asa dan lelah mencoba, kaki-kakinya mulai sakit karena memaksa diri untuk menuruti keinginan ibunya. Sang ibu lalu mencontohkan bagaimana cara berjalan lurus ke depan. Nyatanya, sang ibu kepiting tidak dapat melakukan hal tersebut. Dia berkali-kali terjatuh, bahkan tubuhnya terbalik saat memaksakan diri untuk berjalan lurus ke depan. Ternyata dia sendiri tidak bisa memberikan contoh pada anaknya. Akhirnya sang ibu menyerah dan sadar bahwa setiap makhluk punya caranya sendiri-sendiri untuk hidup. Berjalan ke samping di antara makhluk-makhluk yang berjalan lurus ke depan bukan berarti dia aneh atau gagal. Menggali potensi diri jauh lebih baik daripada hanya bercermin dan meniru orang lain.SUMBER:KapanLagi.com

Selasa, 04 Oktober 2011

Kisah Laki-Laki Dan Keledai




Ini kisah sejak zaman dahulu kala. Suatu ketika seorang laki-laki beserta anaknya membawa seekor keledai kepasar. Ditengah jalan, beberapa orang melihat mereka dan tertawa, “Lihatlah orang-orang dungu itu. Mengapa mereka tidak naik keatas keledai itu?” Laki-laki itu mendengar perkataan tersebut. Ia lalu meminta anaknya naik ke atas keledai. Seorang perempuan tua melihat mereka, “Sudah terbalik dunia ini, sungguh anak tidak tau diri!! Ia tenang-tenang diatas keledai, sedangkan ayahnya yang tua dibiarkan berjalan.” Kali ini si-anak turun dari punggung keledai dan ayahnya yang naik. Beberapa saat kemudian, mereka berpapasan dengan seorang gadis muda, “Mengapa kalian berdua tidak menaiki keledai itu bersama-sama?” Mereka menuruti nasehat gadis muda itu. Tidak lama kemudian sekelompok orang lewat. “Binatang malang…., ia menanggung beban dua orang gemuk tak berguna. Kadang-kadang orang bisa sangat kejam!” Sampai disini, ayah dan anak itu sudah muak. Mereka memutuskan untuk memanggul keledai itu. Melihat kejadian itu ,orang-orang tertawa terbahak-bahak, “Lihat manusia keledai memanggul keledai!” sorak mereka. Apa yang Anda tangkap dari cerita tadi?? Jika Anda berusaha menyenangkan semua orang, maka Anda tak akan dapat menyenangkan siapapun. Jika Anda berusaha mendengarkan komentar semua orang, bisa jadi Anda tak akan menjadi apapun dan siapapun. Maka jadilah diri sendiri, melangkah dengan pasti… Berbekal Cinta, Ilmu dan Iman… dengan Cinta hidup menjadi indah… dengan Ilmu hidup menjadi mudah, dan dengan Iman hidup kian terarah….. SUMBER: milis motivasi

Ilmu Memancing


Alkisah, di tepi sebuah sungai, tampak beberapa orang yang sedang memancing. Di antara para pemancing di sana, terdapat dua orang yang terkenal karena kepandaiannya memancing sehingga setiap hari ikan hasil tangkapan mereka berdua selalu berhasil memenuhi ember yang mereka bawa. Penduduk di sekitar situ pun sangat mengagumi mereka. Sekelompok anak muda mendatangi si pemancing ingin berguru kepada mereka. Saat mendengar maksud dan tujuan para pemuda itu, diam-diam si pemancing pertama pergi menghindar mereka sambil menggerutu, "Enak saja anak-anak muda itu mau berguru kepadaku. Ilmuku tidak akan kubagikan percuma kepada mereka karena toh tidak ada untungnya bagiku. Lebih baik waktuku kumanfaatkan sebaik-baiknya, untuk lebih berkonsentrasi mendapatkan ikan sebanyak-banyaknya." Sedangkan pemancing kedua dengan ramah membalas sapaan para pemuda yang datang menghampirinya. "Kalian ingin belajar memancing? Silakan saja. Bapak dengan senang hati akan mengajari kalian." Dan selanjutnya, setiap hari, dan berhari-hari kemudian, dengan tekun dan gembira masing-masing anak mempelajari teknik-teknik memancing, mencari, dan memasang umpan di mata kail untuk menarik perhatian ikan memakan umpan, berlatih konsentrasi, dan lain-lain. Karena gembira dengan ilmu yang didapat, para murid itu membuat kesepakatan bahwa setiap sepuluh ikan hasil tangkapan mereka, akan disisihkan satu ekor untuk guru mereka sebagai tanda ungkapan rasa terima kasih. Berkat kebaikan dan kemurahan hati si pemancing dengan membagikan ilmu kepada orang-orang lain, maka di kemudian hari si pemancing tidak perlu harus memancing ikan setiap hari. Hasil tangkapan yang disisihkan oleh para muridnya ternyata mampu menunjang kehidupannya di kemudian hari, sepanjang sisa hidupnya. Sedangkan pemancing yang lainnya, sepanjang hidupnya harus tetap melakukan pekerjaan memancing sendiri karena tanpa memancing dia tidak bisa menghidupi dirinya sendiri. Kerabat Imelda...Seperti seorang guru, setiap hari membagi ilmu kepada begitu banyak murid tanpa kehilangan sedikitpun ilmu yang dia punyai, bahkan pada kisah pemancing tadi, dengan membagi ilmu memancingnya, dia mendapatkan keuntungan sepanjang hidupnya. Berbahagialah mereka yang mau memberi tanpa mengharapkan balasan karena sesungguhnya hukum alam selalu memberi imbalan atas setiap perbuatan baik tanpa perlu kita memintanya. Maka pada saat kita bisa mempunyai kesempatan untuk memberi, berilah! Karena dari sisi lain kita pasti akan mendapatkan sesuatu, bahkan di luar dugaan kita. SUMBER:andriewongso.com