Selasa, 12 November 2013

Bagaimana Caranya Mengecilkan Pajak Penghasilan Pegawai (PPh 21) bagi yang galo.. wajib baca

Mereka yang sudah cukup lama jadi pegawai akuntansi atau konsultan—entah itu konsultan pajak atau konsultan keuangan korporat—pasti pernah diminta untuk mengecilkan Pajak Penghasilan Pegawai (PPh 21). Saya pribadi pernah mengalaminya beberapa kali—klien bertanya: “Apakah PPh 21 bisa dikecilkan?” atau “Bagaimana caranya mengecilkan pajak penghasilan pegawai?
Sebagai orang akuntansi yang menjunjung tinggi akuntanbilitas dan mengerti hukum pajak, sudah pasti merasa tidak nyaman ketika atasan (atau klien) meminta kita mengecilkan pajak, apapun jenisnya, termasuk pajak yang oleh orang awam disebut sebagai “pajak gaji pegawai” ini.
Masalahnya, boss/klien memiliki posisi tawar lebih dibandingkan kita. Kasarannya, tingkat kebutuhan kita terhadap mereka lebih tinggi jika dibandingkan dengan tingkat kebutuhan mereka terhadap kita. Sehingga, permintaan semacam ini membuat kita berada dalam posisi serba salah. Dengan kata lain “maju kena, mundur kena”.
Di satu sisi, kita tahu persis itu tidak dibenarkan oleh Undang-Undang Pajak, disisi lainnya kita tidak ingin mengecewakan boss atau klien. Tentu. Bisa saja kita menolak dengan mengatakan bahwa itu tidak dibolehkan. Tapi, coba simak respon di bawah ini (saya cuplik dari percakapan dengan klien beberapa bulan yang lalu).
Saya tahu itu tidak boleh. Masalahnya saya tidak tega melihat pegawai yang gajinya tidak seberapa masih harus dipotongi pajak.”
See? Mereka (pengusaha) tahu kalau mengecilkan pajak gaji karyawan itu tindakan ilegal, tetapi mereka punya alasan yang saya pikir termasuk niat baik (meringankan beban pegawainya). Meskipun demikian, saya melihat alasan yang dikemukakan belum tepat, itu sebabnya saya katakan:
Kalau memang kasihan sama pegawai, mestinya anda bisa naikan gajinya atau tanggung pajaknya. Bukan dengan mengecilkan pajak gaji”.
Saya sarankan begitu, klien jadi berang. Dia mengatakan:
Lho, harapan saya bukan cuma naikan gaji pegawai atau nanggung pajak mereka. Kalau bisa, saya ingin menanggung pajak seluruh rakyat Indonesia. Tapi bisnis kan tidak bisa begitu. Bisa saja saya naikan gaji mereka, tapi mungkin perusahaan tutup sebulan setelahnya. Saya rasa itu bukan cara yang baik.”
Apa yang dikatakan oleh klien saya itu, ada benarnya. Pada titik tertentu, perusahaan memang tidak akan sanggup lagi untuk berbuat lebih—terbentur oleh keterbatasan sumber daya, terutama finansial. Argumen itu menjadi semakin menguat, ketika klien mengatakan:
Perusahaan mertua saya sudah jalan berpuluh-puluh tahun. Mereka bisa mengecilkan pajak pegawai, entah bagaimana cara konsultan pajaknya. Yang jelas tak pernah ada masalah.”
Saya percaya, apa yang dikatakan oleh klien saya itu memang benar: ADA konsultan pajak yang dengan mudah menuruti permintaan klien seperti itu. Dalam persaingan jasa konsultasi pajak yang kian-hari-kian tidak kondusif seperti sekarang, tidak mustahil kalau ada konsultan pajak yang bahkan tidak sekedar menuruti, TETAPI MENGANJURKAN—sebagai bagian dari promosi. Saya kenal beberapa dari mereka yang melakukan praktek seperti itu.
Apakah, secara teknis, mengecilkan PPh 21 bisa dilakukan?
Yuk kita pindah ke paragraph selanjutnya.

Bagimana Caranya Mengecilkan Pajak Gaji Karyawan (PPh 21)

Saya bukan konsultan pajak. Tetapi, saya tahu, jawabannya adalah: IYA, secara teknis bisa dilakukan.
Bagimana caranya?
Note: Sebelum saya bahas lebih jauh, saya merasa perlu memperingatkan agar anda membaca tulisan saya ini hingga tuntas, paragraph-demi-paraph. Jangan sepotong-supotong, supaya memperoleh pemahaman yang utuh.
Kembali ke persoalan utama. Besar-kecilnya pajak, apapun jenisnya, ditentukan oleh 2 variable: (1) Tarif; dan (2) Dasar Pengenaan Pajak (DPP). Demikian halnya dengan PPh 21.
Tarif pajak sudah pasti tidak bisa diubah-ubah, bisa dibilang ini konstanta. Sehingga yang bisa diubah hanya dasar pengenaan pajaknya—dalam hal ini adalah pendapatan pegawainya, entah itu berupa gaji, upah, bonus, insentif, gratifikasi, atau apapun itu yang menjadi pendapatan bagi pegawai (pegawai perusahaan dalam hal ini).
Usaha mengecilkan PPh 21 bisa dilakukan dengan cara mengecilkan pendapatan pegawai. Kasarannya, gaji pegawai dibuat ‘seolah-olah’ lebih kecil dari yang sebenarnya.
Tentu saja tidak dilakukan dengan cara main ganti angka begitu saja, melainkan dengan menjalakan serangkian langkah-langkah tertentu—sebut saja prosedur—yang membuat tindakan mengecilkan PPh 21 tidak ketahuan oleh pemeriksa pajak (auditor dari Ditjen Pajak). Setidak-tidaknya, membuat menjadi tidak mudah ketahuan.
Bagimana prosedurnya?
Tindakan mengecilkan Pajak Pendapatan Pegawai (PPh 21), memerlukan beberapa tahapan pekerjaan yang dirancang sedimikian rupa, sehingga tidak (mudah) ketahuan.

Tahapan Pertama: Pekerjaan Di Daftar Gaji dan Upah Pegawai

Langkah-1. Mengcopy file daftar upah dan gaji pegawai. Yang diotak-atik nantinya adalah file copy-nya, sedangkan file aslinya disimpan di eksternal hardisk.
Langkah-2. Membuka copy file daftar upah dan gaji pegawai di spreadsheet (Excel misalnya)
Langkah-3. Memisahkan antara gaji/upah pegawai yang DI ATAS Pendapatan-Kena-Pajak (PTKP) dengan yang DI BAWAH PTKP. Yang di bawah PTKP singkirkan, yang akan dikecilkan hanya upah/gaji yang di atas PTKP.
Langkah-4. Menentukan pegawai mana yang akan dikecilkan dan berapa. Di titik ini, orang yang ingin memperkecil PPh 21, pastinya mempertimbangkan banyak hal, tetapi fokus utamanya sudah pasti: membuat agar tidak ketahuan. Dua pertimbangan utama di langkah ini, yaitu:
  • Mempertimbangkan antara target penurunan jumlah nominal yang diinginkan dengan potensi ketahuan. Logika dasarnya: makin agresif, maki tinggi nominal yg berhasil dikecilkan, TETAPI makin besar juga potensi ketahuannya. Demikian sebaliknya. Misalnya: Jika yang diperioritaskan adalah gaji pegawai yg tinggi, pasti nominal yg bisa dikecilkan jadi lebih tinggi, tetapi perubahan mencolok pada gaji-gaji yang tinggi mudah terlihat.
  • Mempertimbangkan antara target penurunan jumlah nominal yang diinginkan dengan banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan untuk menutupi. Logikanya masih sama. Jika yang diperioritaskan adalah yang gajinya tinggi, maka makin sedikit jumlah pegawai yang gajinya perlu diturunkan, dan makin sedikit juga pekerjaan yang diperlukan untuk menutupi, TETAPI kemungkinan ketahuannya makin besar. Sebaliknya, jika yang diperioritaskan adalah pegawai yang gajinya kecil, maka makin banyak jumlah pegawai yang harus ditangani—sehingga pekerjaan menutupinya juga makin banyak, TETAPI semakin kecil kemungkinannya untuk ketahuan.
Langkah-5. Mengurangi nilai gaji/upah/bonus/gratifikasi/dll. Setelah melalui pertimbangan (di langkah-3) dan keputusan sudah diambil, maka angka-angka gaji/upah/bonus/gratifikasi/dll mulai diotak-atik (intinya dikurangi), sehingga titik nilai nominal PPh 21 tercapai.
Langkah-6. Sebagai alternative langkah-5 di atas, bisa dilakukan dengan menghapus daftar pegawai yang pajaknya mau diturunkan. Ini jalan pintas yang paling cepat dan mudah dilakukan, tetapi tidak bisa dilakukan dalam jumlah yang banyak, karena akan sangat mudah terlihat.

Tahap Kedua: Pekerjaan Di Slip Gaji

Jika hanya daftar gaji saja yang berubah, sementara slip gaji tidak berubah, maka saat diperiksa oleh auditor dari Ditjen Pajak, akan mudah ketahuan. Dalam proses audit, besar kemungkinan pemeriksa meminta arsip slip gaji/upah pegawai.
Pekerjaan di tahapan ini intinya membuat slip gaji/upah GANDA, khusus untuk pegawai yang pajak gajinya diturunkan. Slip yang satunya mencantumkan nilai nominal aslinya, sedangkan slip gaji yang satunya lagi mencantumkan nilai nominal yang sesuai dengan daftar gaji/upah yang sudah diubah-ubah. Slip yang diarsipkan adalah slip yang kedua. Jika ada nama pegawai yang dihapus dari daftar gaji, otomatis slipnya juga tidak dibuat.
Sampai di tahap ini, daftar gaji/upah dan slip gaji sudah sesuai (matching). Apakah pekerjaanya sudah selesai? Belum. Masih ada dua tahapan lagi.

Tahap Ketiga: Pekerjaan Di Proses Pembayaran Gaji

Dalam proses akuntansi dan pajak, aspek yang sangat penting sifatnya adalah “arus kas”. Jika hanya daftar gaji dan slip saja yang matching, tetapi tidak tercermin di arus kas, maka akan sangat mudah ketahuan saat diperiksa oleh auditor DJP.
Dalam setiap proses audit, audit apapun itu, pemeriksaan arus kas adalah wajib. Dalam hal ini, dokumen dibandingkan dengan transaksi yang terlihat di kas.
Bagaimana cara mereka (yang mengecilkan PPh 21) membuat agar daftar gaji, slip gaji dan arus kas menjadi matching?
 Setiap gaji/upah yang nilainya diubah, dibayarkan dalam bentuk tunai (tidak via transfer atau check). Dengan begitu, maka auditor tidak akan bisa melacaknya di rekening koran. Inilah yang menyebabkan mengapa pertimbangan jumlah pegawai yang pajaknya diturunkan menjadi penting (Tahap kedua langkah-4), karena membayar gaji dalam bentuk tunai dengan jumlah pegawai yang banyak, sangat merepotkan.
Langkah penghilangan jejak yang sangat penting di sini adalah: penarikan tunai dilakukan secara bertahap jauh-jauh hari sebelum tanggal gajian. Dan jumlah yang ditarik melebihi jumlah gaji yang akan dibayarkan secara tunai. Dengan begitu, maka auditor tidak akan bisa menghubungkan jumlah nominal penarikan tunai dengan selisih gaji yang dibayarkan tunai, termasuk tanggalnya. (Ditahap terakhir nanti, anda akan tahu mengapa ini mereka lakukan.)

Tahap Keempat: Pengalokasian Selisih Kas

Langkah ini adalah finishing yang sangat penting. Mereka yang coba-coba melakukan tindakan pengecilan PPh 21 tetapi cerboh—tidak melakukan finishing yang bagus, akan sangat mudah ketahuan. Tindakan di tahap pertama (mengurangi nominal gaji di daftar gaji) akan menimbulkan selisih saldo kas, sebesar nominal gaji yang dikurangkan. Mereka yang cerdik mengalokasikan selisih kas ini dengan cerdik juga. Kemana dialokasikan?
Sudah pasti ke beberapa akun yang ada di Laba-Rugi (makin banyak jumlah akun yang menerima pengalokasian, makin sulit dilacak oleh auditor, dan sebaliknya). Pertanyaanya: akun mana?
Jika dialokasikan ke akun-akun kelompok ‘Harga Pokok Penjualan’, dampaknya menjadi sangat luas. Terlalu rumit dan banyak pekerjaan yang harus dilakukan—karena akun-akun ini bisa berdampak kemana-mana.
Akun yang biasanya dipilih adalah akun-akun yang ada di kelompok biaya-biaya (di luar HPP). Mereka yang cerboh biasanya mengambil jalan yang termudah, yaitu dialokasikan ke “Biaya Lain-Lain” atau “Biaya Perjalanan Dinas”. Jika ini yang dilakukan maka kemungkinan ketahuannya menjadi sangat besar. Mengapa?
Karena auditor Ditjen Pajak sangat tahu bahawa kedua akun ini adalah akun tempat penampungan transaksi-transaksi yang tidak jelas maksud dan tujuannya, penampungan selisih-selisih angka atau transaksi-transkasi yang tidak ada notanya. Oleh sebab itu, akun “Biaya Lain-Lain” dan “Biaya Perjalanan Dinas” adalah priotitas pemeriksaan. Apalagi jika nilai nominalnya tinggi, sudah pasti mengundang kecurigaan auditor.
Jika auditor tidak memiliki cukup waktu untuk menelusuri transaksi-per-transaksi, maka besar kemungkinan akun “Biaya Lain-lain” dan “Biaya Perjalanan Dinas” dijadikan koreksi fiskal positive 100%. Artinya, seluruh biaya di kedua akun ini tidak diakui sebagai biaya, sehingga laba menjadi naik, otomatis PPh juga naik.
Mereka yang cerdik, mengalokasikan selisih kas atas pengecilan gaji ke akun-akun di luar “Biaya Lain-Lain” dan “Biaya Perjalanan Dinas”. Tentu, tidak dialokasikan ke Biaya Listrik atau Biaya Telepon, karena kedua akun ini memiliki bukti transaksi yang tidak bisa diubah.
Setelah dialokasikan, maka dibuatkan bukti transkasi/nota/invoice (palsu pastinya). Tanggal pembayaran atas nota-nota tersebut dibuat sehari atau dua hari setelah penarikan kas tunai untuk gaji yang dibayarkan secara tunai (di tahap ketiga). Sekarang anda sudah tahu mengapa penarikan tunai untuk pembayaran gaji yang dibayarkan secara tunai dilakukan secara bertahap, jauh-jauh hari sebelum tanggal gajian.

Apakah Mengecilkan PPh 21 Layak Untuk Dilakukan?

Apakah saya sedang mengajarkan dan menganjurkan anda untuk melakukan tindakan pengecilan pajak penghasilan pegawai atau pajak gaji (PPh 21)?
Jika anda pikir iya, berarti anda salah. Saya justru ingin menununjukan, bahwa:
  • Betapa banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan hanya untuk mengecilkan PPh 21 yang biasanya tidak terlalu besar.
  • Betapa repot dan ribetnya pekerjaan yang harus dilakukan setiap bulan selama bertahun-tahun, untuk melakukan penghindaran pajak.
Belum lagi jika bicara mengenai tekanan mental (akibat pelanggaran etika, moral dan religiusitas/dosa) yang harus ditanggung oleh pegawai accounting atau pegawai konsultan yang dipaksa untuk melakukan itu. Tidak bisa dihitung dalam angka.
Secara keseluruhan potensi risiko dan cost yang timbul akibat tindakan itu sangat tidak sebanding dengan benefit yang ditimbulkan. Apalagi jika itu dilakukan untuk maksud yang mulia, yaitu: membantu meringkan beban karyawan (orang kecil). Rasanya sangat tidak rasional.
Itulah yang saya sampaikan kepada klien yang setengah memaksa supaya saya menyetujui rencananya untuk mengecilkan pajak penghasilan pegawai (PPh 21). Entah dia mengerti maksud saya atau tidak, yang jelas akhirnya dia membatalkan rencananya.
Maksud saya mempublikasikan tulisan ini adalah ingin share pendapat (disebut himbauan juga boleh) kepada siapapun (entah itu pegawai accounting atau konsultan pajak) yang berpotensi melakukan tindakan ini, bahwa: jika mau menjelaskan dengan baik, jika ada keinginan untuk mengedukasi pengusaha/klien, SANGAT BISA. Pengusaha adalah orang-orang yang positive-realistic. Mereka juga menjunjung tinggi moralitas—sepanjang itu masih dalam kisaran masuk akal. Ayolah, ini sudah bukan jamannya menjual jasa pengecilan pajak atau bentuk penghindaran pajak sejenisnya. Setuju?

sumber jurnal akuntansi keuangan

Meminimalkan Hambatan Dalam Pekerjaan Akuntansi

Hampir semua orang pernah mengalami hambatan dalam menjalankan pekerjaan, termasuk pekerjaan di bidang akuntansi, keuangan dan pajak. Hanya saja, ada yang berusaha meminimalkan hambatan sehingga karirnya terus bertumbuh, dan tak sedikit yang membiarkannya begitu saja sehingga tanpa disadari beban pekerjaanya semakin berat dan karirnya pun terhambat.
Apakah hambatan pekerjaan, khususnya akuntansi, bisa dihilangkan samasekali? TIDAK. Yang bisa diupayakan adalah menjaga agar selalu berada pada kuantitas dan intensitas yang minimal.
Yang paling penting dalam upaya meminimalkan hambatan kerja adalah mengidentifikasi sumber hambatan, sehingga solusi yang digunakan benar-benar mampu mengatasi sekaligus mencegah hambatan yang sama muncul kembali di kemudian hari.
Hambatan dalam pekerjaan akuntansi ada yang bersumber dari faktor internal dan eksternal.
Dari pengalaman penulis pribadi, terutama di tahun-tahun pertama bekerja, hambatan justru lebih banyak terjadi karena faktor internal, entah yang disebabkan oleh ketidaksiapan atau kecerobohan yang dibuat sendiri.
Melalui tulisan ini saya ingin berbagi pengalaman sekaligus tips ringan dalam mengelola hamabatan-hambatan kerja di wilayah akuntansi, yang—mudah-mudahan—bisa memperlancar pekerjaan, thus perkembangan karir dalam jangka panjang.
Kita mulai dengan hambatan-hambatan eksternal.

Meminimalkan Hambatan Eksternal

Yang saya maksudkan dengan “eksternal” dalam hal ini adalah SESUATU yang berada di luar departemen akuntansi (accounting). Sedangkan “sesuatu” yang saya maksudkan bisa jadi:
  • Orang;
  • Department lain;
  • Perusahaan lain (vendor dan pelanggan/klien);
  • Institusi keuangan (bank misalnya);
  • Institusi non-keuangan (kantor Jamsostek misalnya); dan
  • Kantor pemerintah (kantor pajak misalnya)
Hambatan eksternal yang paling sering muncul adalah INTERUPSI (gangguan) dari pihak luar. Jika tak dicegah secara sistematis, maka tanpa disadari waktu akan habis hanya untuk berurusan dengan pihak luar, sementara tugas kita sendiri terbengkalai.
Interupsi dari luar, dengan intensitas yang paling rendah sekalipun, sudah cukup untuk membuat pekerjaan menjadi runyam. Karena pekerjaan akuntansi memang membutuhkan fokus yang ekstra tinggi, samasekali tak bisa disambi (multi-tasking).
Bagaimana caranya meminimalkan gangguan dari pihak luar?
Solusi: MINIMALKAN KONTAK dengan pihak luar.
“Meminimalkan kontak” dalam hal ini maksudnya:
  • Hanya berhubungan dengan pihak-pihak yang diperlukan (bukan setiap orang)
  • Hanya berhubungan untuk urusan accounting (bukan segala urusan)
  • Hanya berhubungan pada saat diperlukan (bukan setiap saat)
Rangkaian solusi berikut ini bisa dicoba untuk meminimalkan kontak sekaligus menekan interupsi dari luar dan meminimalkan hambatan hingga ke level yang paling rendah:
1. Jauhi Keramaian – Hal paling sederhana yang bisa dilakukan untuk meminimalkan interupsi adalah menjauhi keramian, yakni dengan menempati ruangan yang tidak berada di areal dimana banyak orang berlalu-lalang. Misalnya:
  • Front desk yang sering menjadi tempat transitnya tamu perusahaan.
  • Ruangan personalia (HR) yang banyak berurusan dengan staff.
  • Departemen produksi (untuk manufaktur) dimana banyak staff berlalu-lalang.
Idealnya, accounting office tidak bersebelahan dengan tempat-tempat yang ramai. Sayangnya lokasi kantor yang ideal seperti ini jarang tersedia, namun bisa diatasi dengan cara berikut.
2. Tutup Pintu – Terdengar sepele memang. Namun ruangan yang terbuka lebar, secara psikologis, ‘mengundang’ orang luar untuk masuk kapanpun mereka mau, bahkan yang tak berkepentingan sekalipun. Dan itu sangat menganggu fokus kerja di accounting. Agar tidak terjadi, pastikan pintu ruangan accounting selalu tertutup. Dengan cara ini orang luar akan enggan masuk, kecuali memang punya kepentingan yang sangat jelas dan bersifat mendesak. Pada event tertentu (saat sesi tutup buku misalnya), kalau perlu kunci ruangan dari dalam dan pasang poster “mohon tidak masuk kecuali emergency” di bagian luar pintu.
“Sudah terisolasi, pintu harus digembok pula. Seperti penjara saja,” mungkin ada yang mikir seperti itu.
Gunakan dinding kaca tembus pandang. Namun usahakan di bagian bawah menggunakan kaca embun (frozen glass)—setidaknya sampai setinggi dada. Sehingga staff accounting yang berada di dalam tak merasa terisolasi, namun tetap tak melihat orang berlalu-lalang di luar ruangan.
Buat Jadwal Kontak
3. Buat Jadwal Kontak – Ada saatnya dimana accounting sendiri membutuhkan pihak luar, sehingga mau tak mau harus berurusan dengan mereka. Tak bisa dihindari. Namun gangguan bisa diminimalkan dengan cara membuat PERTEMUAN RUTIN TERJADWAL. Misalnya:
  • Menerima nota/bill dari bagian Receiving atau Front office (bila dikirim via post/courier), bisa dijadwalkan pukul 9 pagi dan 3 sore setiap harinya.
  • Bertemu bagian penagihan (collection), dijadwalkan pukul 4 sore setiap hari Senin dan Kamis.
  • Rekonsiliasi Utang (AP) dengan vendor, bisa dijadwalkan setiap Rabu pukul 9 hingga 12 siang (jika jadwal pembayaran ke vendor setiap Kamis).
  • Berkoordinasi dengan konsultan pajak, bisa dijadwalkan tanggal 30 setiap bulannya (jika jatah konsultasi hanya sekali dalam sebulan)
  • Bekerja dengan auditor dari KAP, bisa dijadwalkan sesuai kesepatakan.
  • Rekonsiliasi bank loan dengan pihak bank, bayar dan lapor pajak, bertemu dengan IT consultant (untuk system/software/maintenance), dan lain sebagainya, juga dibuatkan jadwal pasti.
Buatkan jadwal masing-masing, kirimkan dan minta agar pihak eksternal mematuhi jadwal yang telah ditetapkan. Jika ada waktu yang tidak disepakati, bicarakan sampai disepakat dan fix.
Kunci kesuksesan mengurangi gangguan dari mereka adalah dengan KONSISTENSI. Sebisa mungkin, usahakan agar selalu disiplin dan konsisten untuk menemui mereka sesuai jadwal. Hindari pertemuan di luar jadwal. Pada jadwalnya, lakukan pertemuan secepat dan seefektif mungkin. Jangan sampai terseret atau menyeret persoalan-persoalan lain diluar yang diperlukan.
Tidak saja menutup celah gangguan di luar jadwal, cara ini juga menularkan sikap profesional kepada pihak eksternal yang belum profesional, sekaligus membuat mereka respect terhadap pribadi dan departemen anda (accounting dept).
4. Jangan Tanggapi Semua Telepon dan Email Masuk – Di era informasi dan gadget sekarang ini, gangguan luar banyak yang masuk lewat telepon dan email. Waktu yang digunakan saat mengangkat telepon mungkin singkat. Yang lama adalah follow up yang harus dilakukan setelah telepon ditutup. Jalan satu-satunya untuk meminimalkan gangguan ini adalah dengan cara tidak meladeni setiap panggilan telepon dan email yang masuk, setidaknya dipilah-pilah mana yang perlu dan mana yang tak perlu ditanggapi.
Gangguan email di sisi lainnya, sulit dihindari. Pengirimnyapun bisa bermacam-macam; ada dari atasan, departemen lain, penjaja MLM, group milis, kolega yang sekedar share cerita lucu, sampai spamers dan schemers. Belum lagi webmail pribadi yang kadang terasa seperti wajib dibuka setiap hari. Bayangkan berapa jam waktu tersita hanya untuk buka, baca dan balas email?
Solusi: Jangan pernah buka webmail pribadi saat berada di kantor, never ever (kalau merasa harus, bukalah pada saat jam istirahat). Untuk email kantor, anda bisa terapkan 2 langkah sederhana ini dengan menggunakan Microsoft Outlook:
  • Langkah-1. Buat folder inbox dengan nama “Top Priority” dan “Normal Priority.”
  • Langkah-2. Pada “contact” (daftar alamat), pilih contact mana yang tergolong Top dan mana yang normal priority, lalu set agar email dari mereka otomatis masuk ke folder masing-masing di atas.
Dengan cara itu, email dari manajemen dan atasan otomatis masuk ke folder “Top Priority” yang harus di respon dan ditindaklanjuti begitu selesai dibaca. Email dari pelanggan mengenai A/R juga masuk ke “Top Priority” dan harus direspon begitu selesai dibaca. Sedangkan email dari vendor yang menanyakan pembayaran invoice tertentu misalnya, otomatis masuk ke folder “Normal Priority” yang bisa direspon menjelang akhir jam kerja. Dan seterusnya.

Meminimalkan Hambatan Internal

Pada awal karir, hambatan kerja lebih banyak bersumber dari faktor internal. Berikut ini adalah solusi untuk meminimalkan hambatan yang berasal dari faktor internal.
1. Tingkatkan Kemampuan Teknik Akuntansi – Hambatan utama yang berasal dari faktor internal adalah: KEMAMPUAN TEKNIK AKUNTANSI YANG MASIH LEMAH. Kelemahan ini bisa jadi disebabkan oleh kurangnya pemahaman konsep akuntansi, standar akuntansi dan undang-undang pajak. Satu-satunya cara meminimalkan hambatan ini hanya dengan meningkatkan kemampuan teknik akuntansi dan perpajakan.
Solusi: Belajar terus-menerus.
Dengan pendidikan D3 dan S Akuntansi, mestinya sudah menguasai teknik akuntansi, namun pada kenyataannya tidak selalu demikian. Kabar baiknya, kelemahan teknik akuntansi bisa dikejar dengan cara belajar sambil bekerja. Kuncinya: KEMAUAN. Asalkan ada kemuan, banyak cara yang bisa ditempuh untuk meningkatkan kemampuan teknik akuntansi. Berikut adalah beberapa opsi yang bisa dilakukan:
  • Belajar dari buku – Sebagian besar teknik akuntansi telah diajari saat kuliah. Sayangnya tak semuanya bisa diserap, ada saja yang terlupakan atau memang tak paham ketika dosen menjelaskan. Membuka-buka kembali buku akuntansi (dasar, intermediate, advance) bisa mengingatkan kembali. Untuk industri spesifik seperti hospitality, tambang atau real estate, mungkin perlu membeli buku-buku akuntansi khusus untuk industri tersebut. Membaca buku PSAK dan UU Pajak, wajib.
  • Belajar dari workshop dan short course – Untuk mereka yang kurang serius mengikuti pelajaran di masa perkuliahan, penguasaan teknis akuntansinya saat bekerja sudah pasti lemah. Saran saya, ambil short-course atau ikut program PPAk sekalian jika memang belum. Untuk mereka yang lemah pada perlakuan akuntansi tertentu, bisa ikut workshop khusus untuk topik tersebut.
  • Belajar dari internet – Di era internet sekarang ini, ada begitu banyak referensi belajar akuntansi dan perpajakan online, bahkan tak sedikit yang tersedia secara gratis, sehingga yang dibutuhkan hanya waktu dan kemauan untuk belajar. Carilah website yang menyajikan tutorial akuntansi dalam format selangkah-demi-selangkah, dan komprehensif, jangan yang hanya menampilkan definisi satu atau dua paragraf saja.
  • Belajar dari peer-group – Belajar dengan cara diskusi bareng teman tak kalah bagusnya. Terlebih-lebih di era media sosial seperti sekarang, manfaatkanlah untuk mendiskusikan kasus-kasus akuntansi. Dari pengamatan saya pribadi, begitu banyak akuntan senior yang berkenan berbagi ilmu dan pengalamannya di media sosial.
  • Belajar dari pengalaman – Sumber pembelajaran yang kerap dilupakan adalah pekerjaan akuntansi itu sendiri. Jadikan proses menjalankan pekerjaan sebagai bagian dari proses pembelajaran. Jangan sekedar bekerja, ambil pelajaran dari setiap pekerjaan yang dijalankan. Caranya? Pulang kerja tiba di rumah, habis mandi dan santap malam, coba diingat-ingat apa saja yang dikerjakan pagi hingga siang hari dan pelajaran apa yang bisa dipetik dari sana. Kalau perlu buat catatan-catatan kecil mengenai hal-hal baru yang telah dipelajari dari pekerjaan.
  • Belajar dari atasan – Selain belajar dari menjalankan pekerjaan sendiri, mereka yang teknik akuntansinya masih lemah juga bisa belajar dari atasan. Kuncinya: jangan malu untuk bertanya. Yang penting bertanyanya lihat-lihat situasi dan kondisi—kalau atasan lagi sibuk jangan tanya dulu, tunggu sampai dia agak senggang. Yang saya tahu, rata-rata atasan bersedia berbagi ilmu asalkan bisa menempatkan diri—tanyakan hal yang sungguh-sungguh tak tahu saja, jangan menguji—dan tahu berterimakasih.
Pilihlah beberapa metode belajar yang dirasa paling sesuai dan efektif.
2. Kelola Pekerjaan dengan Skala Prioritas – Hamabatan lain dari pekerjaan akuntansi juga sering timbul dari ketidakmampuan mengelola waktu. Khususnya di perusahaan berskala menengah dan besar, pekerjaan akuntansi selalu padat. Mereka yang tak mampu mengelola waktu sudah pasti keteteran—terlihat selalu sibuk namun banyak pekerjaan yang tak tersentuh. Satu-satunya cara untuk mengatasi kepadatan pekerjaan adalah dengan membuat skala prioritas.
Jika anda seorang bawahan, skala prioritas mungkin telah diatur oleh atasan, sehingga tugas anda tinggal mengikuti. Yang terpenting dalam hal ini, SELALU DISIPLIN mengikuti jadwal dan prosedur pekerjaan yang telah ditetapkan oleh atasan.
Sedangkan jika berposisi sebagai atasan (atau tak punya atasan), maka anda lah yang harus menentukan skala prioritas. Masing-masing orang mungkin punya kiat sendiri. Jika belum punya kiatnya, mungkin anda bisa mengadopsi teknik sederhana di bawah ini:
  • Langkah-1. Klasifikasikan jenis pekerjaan ke dalam 2 kelompok besar, yakni: Rutin dan Non-Rutin. Sebagian besar pekerjaan di akuntansi tergolong rutin, sehingga fokus utama ada di kelompok ini. Sedangkan yang tergolong non-rutin (dadakan) tak mungkin bisa kita jadwalkan.
  • Langkah-2. Kelompok Rutin diklasifikasikan lagi menjadi: harian, mingguan, bulanan, semesteran dan tahunan.
  • Langkah-3. Alokasikan pekerjaan rutin harian ke dalam 8 jam kerja yang tersedia dalam satu hari ke masing-masing staff, jangan sampai ada yang ketinggalan. Sedangkan pekerjaan rutin mingguan, bulanan, semesteran dan tahunan perlu dibuatkan kalender kerja, tentunya juga dibuatkan alokasi waktu khusus untuk masing-masing, tentukan juga siapa yang akan mengerjakan. Yang perlu diingat, harus ada reserve waktu kosong disela-sela pekerjaan rutin ini yang nantinya bisa digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan yang bersifat non-rutin (dadakan).
Di luar urusan mengalokasikan pekerjaan, yang tak kalah pentingnya adalah mampu menolak pekerjaan tambahan jika sudah overload. Ketika boss memberikan pekerjaan dadakan, sementara (team) anda sudah dalam kondisi overload, anda bisa menunjukan jadwal pekerjaan yang telah ada dan minta petunjuk mengenai sakala prioritas.
3. Rapikan Arsip – Arsip vital bagi orang accounting. Hambatan pekerjaan akuntansi kerap disebabkan oleh arsip yang tidak terkelola dengan baik. Arsip yang rapi dapat mempermudah sekaligus mempercepat pekerjaan. Sebaliknya, arsip yang berantakan akan membuat pekerjaan menjadi sulit dan lambat. Bagaimana caranya mengelola arsip? Silahkan baca “Cara Mengelola Arsip Akuntansi Agar Rapi dan Efektif.”
4. Jaga Ruangan Tetap Nyaman – Ruangan kerja sudah seharusnya nyaman. Ruangan kerja yang nyaman tidak mesti yang seukuran ‘President Suite’, yang penting tertata dengan rapi. Ruangan yang tidak tertata dengan baik bisa menjadi penghambat kelancaran kerja.
Ada type orang yang memiliki kebiasaan menaruh benda apa saja di dalam ruangan kerjanya. Ini kebiasaan buruk. Ruangan yang penuh sesak, disamping menimbulkan susana pengap, juga membatasi ruang gerak, bahkan bisa mempersulit pencarian benda yang benar-benar dibutuhkan untuk bekerja. Untuk efektifitas, yang ada di dalam ruang kerja (idealnya) hanya benda yang sunguh-sungguh dibutuhkan.
Saya pribadi pernah berada pada fase dimana kertas (dan benda lain) yang ada di meja saya, entah mengapa, rasanya semua penting. Sehingga ruangan kerja saya menjadi lebih mirip gudang percetakan ketimbang kantor, nggokan kertas numpuk di sana-sini. Tetapi lama-lama saya sadar bahwa persaan itu hanya ilusi. Pada kenyataannya, tak semua kertas dan benda itu sungguh-sungguh saya butuhkan. Dan ini lumrah terjadi pada pegawai accounting pemula.
Jika saat ini anda ada dalam kondisi seperti itu dan mengalami kesulitan untuk membedakan mana yang dibutuhkan dan mana yang tidak, gunakan pola pikir di bawah ini:   Benda yang tak pernah disentuh selama seminggu (termasuk kertas kerja/arsip), kemungkinanannya hanya 2:
  • Tidak dibutuhkan saat ini – Simpan yang rapi di gudang, ambil ketika dibutuhkan saja; atau
  • Tidak dibutuhkan samasekali – Buang ke tong sampah, tak usah ragu.
Kecuali yang sedang dikerjakan, tempat penyimpanan kertas/dokumen hanya 2:
  •  Di folder/arsip – Untuk kertas yang sudah selesai dikerjakan
  • Di tong sampah – Sisanya
Yang pasti, meja dan laci BUKAN tempat untuk menyimpan kertas/dokumen bagi orang accounting!
Usaha meminimalkan hambatan kerja—baik yang bersumber dari eksternal maupun internal—takkan ada artinya bila motivasi untuk melakukan itu rendah. Sehingga di atas usaha-usaha itu, harus dimulai dengan keinginan yang kuat untuk meningkatkan etos kerja.
Sub-topik di bawah ini mungkin ada manfaatnya.

Meminimalkan Masalah Ala Robot

Sudah menjadi pemahaman umum bahwa, otomatisasi selalu lebih efektif dibandingkan proses pekerjaan yang dijalankan secara manual. Misalnya: Laporan Keuangan yang diproses dengan menggunakan software akuntansi lebih minim masalah dibandingkan yang diproses secara manual.
Pertanyaannya: Mengapa demikian?
Karena otomatisasi adalah ROBOT (kecerdasan artificial), bukan manusia.
Lalu, apa yang membedakan robot dengan manusia, sehingga bisa bekerja lebih efektif (dan minim masalah)?
Pertama, robot mengandalkan LOGIC (strictly logic). Dalam menjalankan pekerjaan, robot tak pernah menggunakan perasaan, melainkan hanya mengikuti alur logika yang ditanamkan oleh perancangnya. Misalnya: Software akuntansi, hanya bekerja mengikuti alur logika yang dibenamkan oleh programmernya. Sementara manusia kerap menggunakan perasaan dalam menjalankan pekerjaan, logika yang digunakan terdistorsi oleh emosi. Akibatnya, judgementnya menjadi bias, sehingga outputnya pun kerap tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Meminimalkan Hambatan Ala Robot
Kedua, robot TEGAS (no excuse). Dalam menjalankan pekerjaannya, robot tak mengenal kompromi, tidak mau bernegosiasi dan tidak kenal ampun. Kalau salah ya salah, kalau benar ya benar, tak ada wilayah abu-abu. Kalau harus sekarang yang sekarang, tak pernah menunda. Misalnya: ketika kita input penerimaan barang ke dalam software akuntansi, secara langsung (tanpa menunda) software akan mendebit akun “Persediaan” dan mengkredit akun “Utang” begitu saja tanpa menunggu kesepakatan. Jika ingin memperbaiki input yang salah, dia memaksa kita membuat adjustment (bukan mengijinkan kita mengubah input yang sudah dia simpan). Sedangkan manusia kerap tidak bersifat tegas, menyisakan ruang kompromi di sana-sini, selalu bisa diajak bernegosiasi, dan kerap memberi pengecualian-pengecualian.
Ketiga, robot JUJUR APA ADANYA (truthful). Dalam menjalankan pekerjaannya, robot tak pernah manipulatif, tidak korup, tidak nyeleweng. Robot tak bisa berpura-pura untuk menyenangkan pihak lain. Robot juga tak melakukan konspirasi atau politic untuk memuluskan urusannya. Misalnya: Jika kita memasukan angka 2 juta pada akun “Persediaan”, disamping secara otomatis memasukkan angka yang sama pada akun “Utang”, software juga akan secara konsekwen menjalankan proses klasifikasi ke General Ledger (Buku Besar) dan Neraca dengan nominal angka yang sama persis seperti yang diinput, tanpa mengurangi atau menambahi. Sedangkan manusia kadang manipulatif, mengakali, menggelapkan, menyelewengkan, bahkan tak jarang berkonsiprasi/berpolitik.
Itulah 3 karakter robot (otomatisasi) yang membedakannya dengan manusia, sehingga kinerjanya selalu lebih efektif.
Ingin memiliki kinerja efektif layaknya otomatisasi/robot? Adopsi karakter robot di atas!
Para executive di perusahaan besar yang memulai karirnya dari nol rata-rata pernah menjadi seorang manajer yang memiliki kinerja super efektif. Mereka menjadi demikian efektif karena memiliki 3 karakter utama di atas (logika murni, tanpa perasaan, tegas, dan jujur apa adanya).
“Saya nggak mau seperti robot ah, mendingan jadi manusia yang punya perasaan, bisa diajak berkompromi, bisa diajak bernegoasiasi dan memiliki sifat memaafkan,” mungkin ada yang berpikir seperti itu.
Pilihan yang SAH. Karena hal ini semacam ‘trade-off’ antara ‘menjadi SEPERTI robot yang super efektif dalam menjalankan pekerjaan’-ATAU-‘menjadi manusia yang kerap tidak efektif dalam menjalankan pekerjaan’.
Saran saya: AMBIL JALAN TENGAH. Mainkan 3 karakter robot di atas dengan cerdas (baca: bila mana perlu). Misalnya: Saat jam kerja, gunakan ketiga karakter itu sepenuhnya (strictly logic, no excuse, truthful). Namun di luar jam kerja kembali layaknya manusia yang punya perasaan, bisa berkompromi, bisa diajak berembug dan bisa memaafkan, tanpa mengurangi kadar kejujuran. Tidak mudah, namun saya jamin bisa. Selamat mencoba.
Hambatan kerja seperti apa yang sering anda hadapi di wilayah akuntansi, keuangan dan pajak? Bagimana cara anda meminimalkan hambatan-hambatan tersebut? Sekarang giliran anda menyampaikan pendapat/komentar. Silahkan lewat ruang komentar di bawah ini.

sumber jurnal akuntansi keuangan

Selasa, 30 Juli 2013

Kunci Sukses Jokowi Secara manajemen

Gubernur Jokowi berkali-kali menjadi perbincangan tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di mancanegara. Banyak yang penasaran dengan sepak terjangnya dalam memimpin pemerintahan, juga popularitasnya yang sangat tinggi.

Apa sebenarnya kunci sukses Jokowi meraih simpati besar dari khalayak diungkap pakar marketing dan pendiri Markplus Inc, Hermawan Kartajaya, Senin (29/7/2013) malam di Forum Marketing Marunouchi, Tokyo.

"Jokowi itu tidak ganteng, tapi kok bisa menjadi Gubernur DKI Jakarta dan mendapat dukungan sangat besar dari masyarakat Indonesia?" ungkap Hermawan kepada hadirin yang terdiri dari para eksekutif berbagai perusahaan Jepang.

Pertanyaannya membuat hadirin tambah penasaran dan menunggu terus jawaban Hermawan sambil terus berceramah menggunakan bahasa Inggris yang diterjemahkan oleh Ketua Marunouchi Brand Forum, Hotaka Katahira ke dalam bahasa Jepang, di Tokyo.

"Jawabannya gampang saja. Jokowi itu yang tak punya KTP Jakarta, tapi menjadi Gubernur Jakarta menganut filosofi marketing horizontal bukan vertikal. Merasa setara dengan masyarakat biasa, sederhana, tak merasa sebagai orang besar, orang tinggi," lanjut Hermawan.

Selain itu, Jokowi mengembalikan semua kepada komunitas, masyarakat sekitar yang menentukan, tidak eksklusif tetapi inklusif, berada di tengah masyaraka, bersama masyarakat, serta sama derajat dengan setiap anggota masyarakat sehingga dia berhasil didukung penuh oleh masyarakat.

"Sebagian besar kerjanya kini banyak blusukan ke masyarakat karena memang merasa dirinya bagian dari masyarakat, bukan hebat sendiri (bukan individual) mentang-mentang Gubernur, tetapi lebih kepada konsep sosial. Itulah yang membuat Jokowi berhasil, bukan karena mukanya yang ganteng, tetapi kesederhanaannya," papar Hermawan. Hermawan juga memperkenalkan manajemen 3.0 yang bertopang pada humanisme, kemanusiaan, human spirit, dan menekankan pada karakter.

Selain itu, Hermawan juga menekankan pentingnya tiga hal yang memengaruhi bisnis di Indonesia, yaitu kalangan muda, wanita yang banyak mengambil peran saat ini dalam kehidupan di Indonesia, serta komunikasi internet yang jauh semakin besar dari 25 persen (2011) menjadi 45 persen (2012). Saat ini, masyarakat Indonesia tersambung ke internet setiap hari minimal 3 jam.

Hermawan juga mengajak para eksekutif Jepang segera datang ke Indonesia untuk berinvestasi karena kesempatan bisnis di tengah berkembang pesatnya perekonomian Indonesia dewasa ini sangat besar. Sebelum memberikan ceramah di Tokyo, Hermawan menyempatkan diri mengajar di Seoul. Selasa (30/7/2013) besok, ia akan terbang ke Hawaii, Amerika Serikat (AS).(Richard Susilo dari Jepang)
by kompas

Rabu, 05 Juni 2013

melihat-lihat peluang bisnis


Alkisah pada abad ke-19 di Negeri China. Toko Buah Yu mengangkut 50 keranjang nanas dari daerah Laiyang ke Shanghai. Karena perjalanan yang jauh, maka ada sebagian nanas yang mulai membusuk dan dibuang..

Di seberang Toko Buah Yu ini, tinggallah sepasang suami istri yang miskin. Mereka segera memungut nanas-nanas yang dibuang itu dan mengupasnya. Lalu dengan teliti memilih bagian yang masih baik, memotongnya kecil-kecil, kemudian menjualnya. Ternyata, dagangan itu laris manis.

Akhirnya, suami istri tersebut membeli nanas yang tidak bisa dijual Toko Buah Yu karena sudah mulai membusuk. Pemilik Toko Buah Yu menyambut dengan senang hati dan menjual berkilo-kilo nanas dengan harga sangat murah!

Pasangan suami istri miskin ini, bekerja dengan tekun. Mereka membuka kios sederhana di depan rumah. Selain menjual nanas dalam potongan-potongan kecil, mereka juga menyediakan kue dodol nanas. Bisnis mereka berjalan baik dan lanacar. Dalam waktu yang tergolong singkat, kue dodol nanas telah menjadi makanan khas daerah Tiongkok Selatan dan bahkan dikenal sampai ke kerajaan.

Pemilik Toko Buah Yu iri hatinya, atas keberhasilan bisnis suami istri yang tinggal di depan tokonya. Ia tahu bahwa kue dodol nanas itu terbuat dari nanas asal tokonya, yang sudah mulai membusuk. Maka pada malam hari, Tuan Yu menulis tiga aksara berikut: 天知道 (Tian Zhi Dao)/Langit Tahu di sehelai kertas, lalu menempelnya di pintu toko kue dodol nanas.

Esok harinya, suami istri tersebut melihat tulisan itu. Mereka terperanjat, tahu kalau ada orang yg ingin merusak bisnis mereka. Tapi kemudian, sang suami tertawa dan berucap, “Saya kebetulan sedang berpikir mencari nama toko, dan hari ini ada orang yang menuliskan nama toko dan mengirimnya ke depan pintu. Bagus sekali!” Katanya lagi, “Kaisar juga pernah memakan kue dodol nanas dari tokoku. Kaisar adalah Putra Langit di masa ini, jadi memang sudah seharusnya kalau memakai nama “天知道 (Tian Zhi Dao)”. Oke, saya gunakan tiga aksara ini sebagai nama toko!” Akibatnya bisnis kue dodol nanas ini menjadi semakin melejit.

Tuan Yu berang bukan main. Rasa iri dan dengkinya makin menjadi-jadi. Selanjutnya, ia dengan liciknya melukis di dinding toko itu seekor kura-kura yang menyembunyikan kepala di dalam tempurung dengan disertai tulisan, “Tidak tahu malu!”

Keesokan harinya, melihat lukisan kura-kura ini, sepasang suami istri itu terdiam, namun sejenak kemudian keduanya berucap secara bersamaan, “Kita gunakan kura-kura sebagai logo produk. Kue dodol nanas memang dapat menyembuhkan batuk dan memperpanjang usia. Sementara kura-kura adalah hewan yg panjang usianya.” Sejak itu, logo kura-kura menjadi logo yang terkenal di Shanghai.

Orang bijak dapat mengubah setiap gangguan menjadi peluang. Luar biasa!

Jumat, 05 April 2013

7 Kebiasaan Pebisnis yang Sukses


Orang-orang sukses tak dipungkiri adalah mereka yang mengetahui sesuatu sementara yang lainnya tidak. Mereka berpikir dan beraksi berbeda dari orang kebanyakan. Kunci utama sukses setiap orang hampir sama, yakni ambisi, kerja keras, gigih, dan sikap positif.
Nah, jika Anda ingin mencapai sukses yang serupa tapi dengan cara berbeda, simak tujuh tips dari Lewis Schiff, penulis buku Business Brilliant. Dalam surveinya untuk buku tersebut, Schiff mendapati bahwa orang-orang yang sangat sukses berpikir dan bertindak secara berbeda dari mayoritas orang dengan tingkat pendidikan dan kecerdasan yang sama. Berikut contohnya.
1. Memiliki saham penting untuk menjadi makmur
Hampir 90 persen orang-orang sukses percaya akan hal ini. Lebih penting lagi, 80 persen dari para business brilliantyang disurvei Schiff mengatakan bahwa mereka sudah memiliki saham ekuitas di perusahaan mereka. Hanya 10 persen dari kalangan kelas menengah yang memiliki stock share dalam jenis apa pun, sedangkan mayoritas (70 persen) mengatakan bahwa mereka bahkan tidak mencoba memilikinya.

2. Selalu mencari keuntungan dari kesepakatan bisnis yang dilakukan
Sekitar 90 persen individu yang sukses berbisnis mengungkapkan bahwa mereka selalu mencoba meraih keuntungan dari kesepakatan bisnis yang mereka lakukan. Bahkan meski keuntungan tersebut kecil, tapi jika diperoleh dari sejumlah kesepakatan atau transaksi tentu akan terakumulasi menjadi lebih besar.
3. Melakukan sesuatu dengan baik lebih penting daripada melakukan hal-hal baru
Akan lebih bermanfaat jika punya ide atau gagasan yang biasa, dan mengeksekusinya dengan sangat baik. Itulah yang diyakini 9 dari 10 orang yang sukses. Kebanyakan orang bilang untuk sukses harus punya ide yang baru dan hebat, namun itu salah. Yang penting adalah meski ide kecil kalau ditangani dengan baik akan berhasil baik pula.
4. Mempekerjakan orang yang lebih pintar daripada Anda
Orang yang brilian dalam berbisnis kadang berfokus pada dua atau tiga hal yang sangat mereka kuasai. Maka mereka menuntaskan pekerjaan dengan membangun tim yang memiliki kemampuan yang saling melengkapi. Memang, kebanyakan orang lebih memilih untuk melakukan tugas-tugas yang tidak begitu mereka kuasai ketimbang meminta orang lain untuk mengerjakannya. Inilah yang tidak akan dilakukan seorang yang brilian dalam berbisnis. Ia tahu bahwa ia akan sukses karena kekuatannya, bukan kelemahannya.
5. Mengetahui motivasi bisnis rekan kerja Anda
Jika Anda saat ini bergantung pada satu orang karyawan karena kemampuannya, ada baiknya mengetahui apa yang membuat karyawan tersebut memberikan kemampuannya secara maksimal. Kesediaan dan keingintahuan Anda untuk memahami motivasi rekan kerja Anda merupakan penanda kesuksesan yang tidak dimiliki orang lain.
6. Segera membatalkan kesepakatan jika dirasa tidak benar
Kesepakatan bisnis yang jelek, sama halnya dengan pernikahan yang buruk, sangat menyakitkan dan bisa menghabiskan banyak biaya. Oleh karenanya sebelum memutuskan mengambil atau menangani bisnis, lebih baik memikirkannya dengan matang. Jika kesepakatan yang akan terjadi dirasa tidak sesuai harapan, 71 persen orang yang brilian dalam berbisnis akan segera membatalkannya. Memang berisiko, namun mereka menghindari kerugian yang lebih besar yang mungkin akan terjadi.
7. Belajar menjadi lebih baik dari kegagalan
Tidak selamanya apa yang dilakukan berhasil, bahkan para brilian dalam bisnis rata-rata lebih banyak mengalami kegagalan. Tetapi mereka menjadikan kegagalan sebagai proses menjadi lebih baik. Bagaimana pun juga, apapun yang layak dicoba memiliki elemen risiko. Usaha terus-menerus membantu untuk mencapai sukses di langkah-langkah selanjutnya.

sumber : small business

Senin, 01 April 2013

10 Orang Paling Kreatif di Dunia Teknologi


Industri teknologi dan informasi diyakini sebagai gudangnya orang kreatif. Buktinya, ada banyak produk dan layanan inovatif terlahir dari industri ini.

Dari sekian banyak orang kreatif dalam bidang teknologi, BusinessInsider membuat daftar orang-orang paling kreatif dalam bidang tersebut.

Termasuk 10 orang di dalamnya, adalah Jony Ive, Gabe Newell, Julie Uhrman, Yves Behar, Doug Cutting, Jack Dorsey, Perry Chen, Sebastian Thrun, Alex Kipman, Anne Wojcicki.

1. Jony Ive
Jony Ive adalah Senior Vice President of Industrial Design di Apple. Di perusahaan yang didirikan oleh Steve Jobs tersebut, Ive memimpin para desainer hadware dan software.

Sebagai kepala desainer, dia bertanggung jawab atas penampilan produk-produk andalan Apple, seperti MacBook, iPod, iPhone, dan iPad. (Baca profil lengkapnya di artikel ini)

2. Gabe Newell
Gabe Newell adalah miliarder sekaligus pendiri dan bos perusahaan game, Valve Software. Valve menjadi beken berkat berbagai game besutannya, termasuk Half-Life dan Portal.

Perusahaan yang didirikan Newell pada 1996 ini mengaku diisi oleh orang-orang yang termotivasi untuk menciptakan produk-produk keren.

Selain Valve, Newell juga melahirkan Steam, sebuah situs online social game yang menampung ribuan judul game dan puluhan juta gamer sebagai anggotanya.

3. Perry Chen
Perry Chen adalah pendiri dan CEO Kickstarter, sebuah platform penggalangan dana (crowdfunding) untuk berbagai proyek kreatif, seperti proyek pembuatan film, game, musik, serta proyek desain dan teknologi.

Chen mendapat ide untuk memulai Kickstarter ketika dia ingin mengadakan sebuah konser tetapi kesulitan mengumpulkan dananya.

Dia lantas berpikir, akan menyenangkan jika orang-orang bisa membantunya menggalang dana untuk konser tersebut dengan membeli tiket untuk diri mereka sendiri. Ternyata, konsep crowdfunding yang diterapkan Chen untuk Kickstarter berhasil. Kini, banyak startup lain yang juga menerapkan konsep serupa.

4. Julie Uhrman
Julie Uhrman sudah lama berkecimpung dalam industri game di Amerika. Dia pernah menjadi eksekutif di sejumlah perusahaan game ternama, seperti Vivendi Universal, IGN, dan GameFly. Uhrman adalah pendiri dan CEO Ouya, perusahaan pengembang konsol game berbasis Android.

Untuk mengembangkan konsol game baru ini, Uhrman menggandeng Yves Behar, desainer kondang yang juga merupakan pendiri perusahaan desain dan branding, Fuseproject. Untuk menggalang dana (crowdfunding) bagi proyek ini, Uhrman juga bekerja sama dengan Kickstarter.

5. Yves Behar
Yves Behar adalah desainer yang mendirikan Fuseproject, perusahaan yang bergerak dalam dunia desain dan branding. Fuseproject sudah menangani desain beragam produk, seperti produk olahraga dan fashion. Behar pun telah terlibat dalam berbagai proyek TI.

Salah satunya adalah proyek One Laptop Per Child yang dirintis oleh Nicholas Negroponte. Dalam proyek tersebut, Behar mendesain “XO” atau “laptop seratus dollar” yang pertama.

6. Doug Cutting
Doug Cutting mengundurkan diri dari Yahoo! untuk merintis Cloudera, sebuah perusahaan pengembang peranti lunak open source. Sebagai kepala arsitek di Cloudera, dia menciptakan Hadoop, sebuah teknologi “big data” yang kini digunakan oleh ribuan perusahaan.

Selain dikenal karena kontribusinya dalam berbagai proyek open source bagi dunia enterprise, Cutting juga dikenal sebagai pencipta mesin pencari open source, yakni Lucene dan Nutch. Saat ini, Cutting menjabat sebagai pemimpin di Apache Foundation.

7. Jack Dorsey
Jack Dorsey adalah co-founder dan mantan CEO Twitter.

Setelah sukses dengan Twitter, Dorsey mendirikan Square dan memimpin startup (perusahaan rintisan) yang bergerak dalam bidang mobile payment itu.

Square adalah aplikasi mobile payment berbasis iOS, yang dapat mengubah iPhone atau iPad menjadi sebuah mesin kasir.

8. Sebastian Thrun
Google Car, mobil yang bisa berlari sendiri tanpa dikemudikan oleh manusia, merupakan salah satu teknologi futuristik yang tengah dikembangkan oleh Google.

Sebastian Thrun adalah orang yang bertanggung jawab mewujudkan mobil itu menjadi kenyataan. Thrun dikenal sebagai “dewa” di bidang robotika dan kecerdasan buatan (artificial intelligence atau AI).

Dia pula yang mendirikan Google X, lab tempat Google mengembangkan berbagai teknologi masa depannya. Google X dipimpin langsung oleh co-founder Google, Sergey Brin. Sebagai Vice President dan partner Google, Thrun masih sempat mengajar dan memimpin departemen AI di Standford University.

9. Alex Kipman
Alex Kipman adalah orang yang mengembangkan Kinect, sensor gerak yang ditanamkan dalam konsol game Xbox 360 besutan Microsoft.

Butuh waktu tujuh tahun bagi Kipman dan timnya untuk mengembangkan teknologi tersebut.

Selain mengembangkan Kinect, Kipman juga banyak mengembangkan produk-produk penting lainnya di Microsoft.

10. Anne Wojcicki
Anne Wojcicki adalah seorang ahli biologi sekaligus co-founder 23andMe, sebuah perusahaan bioteknologi yang aktif dalam berbagai riset untuk membantu orang-orang yang berisiko menderita penyakit-penyakit genetika, seperti kanker, diabetes, dan Parkinson.

Wojcicki adalah istri dari co-founder Google, Sergey Brin. Bersama timnya, Wojcicki berhasil membuat temuan mengenai gen yang dapat mengurangi risiko orang terkena Parkinson.


versi kompas

Sabtu, 23 Maret 2013

10 Orang Kaya yang Pernah Dipecat Sebelum Sukses

Kehilangan pekerjaan bisa jadi pengalaman paling berat yang Anda alami, tapi bukan berarti akhir dari sebuah karir. Bahkan, pengalaman beberapa orang terbukti kejadian buruk itu bisa menjadi awal bagi keberhasilan.

Seperti dikutip dari Sidney Morning Herald, 10 orang ini pernah dipecat dari tempat kerja sebelum akhirnya sukses dan meraup banyak harta kekayaan. Simak daftarnya di bawah ini:

1. Walt Disney


Pada tahun 1919, Walt Disney dipecat dari pekerjaannya di koran Kansas City Star. Menurut atasannya, "imajinasinya kurang dan tidak punya ide bagus." Kegagalannya tidak berhenti sampai di situ, Disney lalu mendirikan Laugh-O-Gram, studio animasi yang berujung bangkrut. Akhirnya, ia memilih masuk ke area yang lebih menguntungkan, Hollywood. Ia bersama adiknya pindah ke California dan mulai memproduksi serial kartun populer.


2. JK Rowling 


JK Rowling pernah bekerja sebagai sekretaris di kantor Amnesti Internasional London sambil bermimpi menjadi seorang penulis. Secara diam-diam ia menulis cerita di komputer kantornya, ceritanya mengenai bocah penyihir bernama Harry Potter. 

Lama-lama atasannya sudah jengah karena kelakuan Rowling yang lebih niat menulis cerita daripada bekerja. Setelah dipecat, Rowling sempat bertahan hidup menggunakan pesangon yang ia terima. Kini, ia menjadi milyuner dan salah satu penulis cerita paling sukses di dunia.


3. Michael Bloomberg 


Walikota New York Michael Bloomberg pernah bekerja di salah satu perusahaan investasi yang pada tahun 1998 dibeli oleh sebuah perusahan yang nantinya akan menjadi Citigroup. Bloomberg dinyatakan tak lagi diperlukan dan akhirnya dipecat dan diberi pesangon.

Ia menggunakan uang tersebut untuk membangun perusahaan investasinya sendiri. Saat ini, ia merupakan orang terkaya nomor 18 di Amerika Serikat (AS) dan menjadi walikota di salah satu kota terbesar di dunia.


4. Anna Wintour 


Editor Vogue, Anna Wintour, memulai karirnya sebagai penulis fesyen pemula di majalah Harper's Bazaar. Dia banyak melahirkan tulisan-tulisan yang inovatif, tapi sayang, editornya, Tony Mazalla, menilai tulisannya masih kurang layak. Sehingga, setelah 9 bulan ia pun dipecat.

Dipecat dari pekerjaan merupakan pengalaman yang luar biasanya, menurutnya. Tragedi itu juga tidak membuatnya putus asa.

"Saya merekomendasikan anda semua punya pengalaman dipecat," katanya kepada para juniornya. Selepas dari Harper, ia menjadi editor fesyen di Viva.


5. Madonna 


Setelah drop out (DO) dari universitas dan pindah ke New York, Madonna sempat mengalami krisis finansial yang berkepanjangan. Saking butuh uang, ia sempat bekerja di Dunkin' Donuts yang terletak di wilayah Times Square. 

Itu pun tidak bertahan lama. Setelah tak sengaja menumpahkan selai jeli ke seorang pelanggan, Madonna langsung dipecat oleh managernya. Diva tahun 80-an itu pun sempat berpindah-pindah dari satu restoran cepat saji ke lainnya sebelumnya memulai karir musiknya di 1979.


6. Oprah Winfrey 


Reporter berita malam Oprah Winfrey selalu terbawa suasana ketika melaporkan beritanya. Sang Produser WJZ-TV memutuskan untuk memberhentikan Oprah dari tugasnya. Oprah diberi pilihan untuk tetap bekerja di stasiun televisi itu tapi tak lagi membawakan berita.

Meski sakit hati dan hanya bisa membawakan acara televisi biasa saja, ia tetap bertahan dan terus berusahaa yang terbaik. Kesedihannya tak bertahan lama karena acara televisinya mulai diminati masyarakat dan akhirnya bisa sukses seperti sekarang.


7. Jerry Seinfeld 


Jerry punya peran kecil di acara komedi Benson, tetapi produsernya tidak menyukai cara Jerry memainkan peran tersebut. Ia pun dipecat setelah hanya tiga episode. Sayangnya, tidak pernah ada yang memberi tahu Jerry bahwa ia sudah dipecat. Sampai suatu hari ia datang ke lokasi syuting dan menemukan tidak ada lagi dialog yang harus ia bawakan dalam naskah.

Akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke Klub Komedi. Setelah tampil satu kali, salah seorang pencari bakat ternyata menjadi penontong di klub tersebut. Jerry pun mendapat tawaran untuk membuat sitkom sendiri yang berujung sukses.


8. Truman Capote 


Truman Capote DO dari SMA untuk menjadi tukang foto kopi di majalah New Yorker. Impian dalam hidupnya adalah bekerja di majalah bergengsi yang dikenal luas. Dua tahun kemudian, ia menonton acara baca puisi oleh sastrawan terkenal Robert Frost. 

Karena sakit demam, Capote terpaksa pergi di tengah-tengah acara tersebut. Merasa terhina atas tindakan Capote, Frost menyelidiki sampai ke tempat kerjanya dan meminta ia segera dipecat.

Pemecatan itu tidak membuat ia putus asa. Secara perlahan ia mulai mengirimkan tulisan-tulisan ke beberapa majalah seperti Harper's Bazaar dan and Mademoiselle. Beberapa tahun kemudian, ia meluncurkan novel perdananya.


9. Robert Redford 


Semasa remaja, Robert Redford adalah seorang buruh dengan keahlian rendah di pabrik Standard Oil. Ketika supervisor menemukan ia sedang tertidur di jam kerja, Redford tidak dipecatm tapi dipindah ke divisi lain. Tak banyak berubah, meski beda divisi kelakuannya tetap sama.

Setelah memecahkan beberapa botol di pabrik tersebut, ia pun akhirnya dipecat. Menganggur membuatnya punya banyak waktu untuk mengejar mimpinya. Ia masuk ke universitas Kolorado sebelum akhirnya pindah ke New York dan menjadi aktor terkenal.


10. Elvis Presley


Elvis mungkin saja menjadi raja rock 'n' roll, tapi kesuksesannya itu merupakan buah dari beberapa kegagalan di masa lalu. Setelah satu pertunjukkan di Grand Ole Opry, Nashville, manajer konser menyuruhnya pulang ke Memphis dan kembali fokus di karir lamnya, yaitu supir truk. 

Untungnya, dia tidak menuruti permintaan si menajer tersebut. Pantang menyerah, Elvis tak berhenti melakukan banyak pertunjukkan di area tersebut sampai bisa ikut tur bersama Hank Snow, salah satu musisi terkenal di industri musik country.

sumber kompasiana

Jumat, 08 Maret 2013

4 Cara Mengatur Ide-Ide Baru untuk Menciptakan Sebuah Inovasi

Light Bulb Inovasi
Sebuah perusahaan atau bisnis harus menciptakan sebuah inovasi agar bisa berkembang dan bersaing dengan kompetitor lain. Maka dari itu diperlukan ide-ide baru yang berguna untuk menciptakan inovasi tersebut. Kadang sebuah ide dapat datang dari mana saja, bisa dari karyawan, pelanggan, vendor atau bahkan dari orang yang tidak anda kenal.
Karena banyaknya sumber ide ini, anda mungkin akan kesulitan mengatur ide-ide ini dan mereka akan terbuang secara percuma dan anda pun sulit untuk menciptakan inovasi baru.
Untuk itu maka anda sebagai seorang pemimpin dalam perusahaan atau bisnis yang anda miliki diharuskan mampu untuk mengatur semua ide dan feedback yang diberikan orang-orang dan memilih ide mana yang memiliki prioritas penting untuk diciptakan menjadi sebuah inovasi. Berikut ini ada 4 tips atau cara untuk membantu anda untuk mengatur ide-ide tersebut dan mengubahnya menjadi sebuah inovasi:

1. Kumpulkan ide-ide baru dalam sebuah tempat khusus

Usahakan anda memiliki suatu tempat khusus yang digunakan untuk membagikan dan juga mendiskusikan ide tersebut bersama tim anda. Anda mungkin dapat menggunakan beberapa aplikasi management untuk mengumpulkan ide tersebut agar dapat dengan mudah ditemukan dan diingat kembali.
Jangan lupa diskusikan ide tersebut dan bagikan bersama karyawan atau orang terdekat anda sehingga anda dapat menerima pendapat lain mengenai ide tersebut. Dengan cara ini, anda dapat mengetahui sisi positif dan negatif dari ide-ide baru tersebut, karena hal ini sangat diperlukan untuk membuat prioritas ide mana yang sangat penting untuk dilaksanakan.

2. Buatlah label untuk mengelompokan dan mengklasifikasikan ide-ide baru tersebut.

Ini merupakan hal yang penting. Pastikan anda mengatur ide-ide yang masuk ini kedalam beberapa kelompok, misalnya anda mendapat feedback dari pelanggan anda mengenai bagian costumer service maka masukan ide tersebut dalam kategori costumer service atau karyawan anda yang mempunyai ide baru untuk bagian operasional maka masukan ide tersebut dalam kategori operasional.
Mengapa hal ini penting? Karena dengan mengatur dan mengkategorikan ide yang masuk dapat mencegah ide-ide tersebut bercampur dan akan sulit untuk anda menentukan ide mana yang menjadi prioritas utama anda. Cara ini juga membuat sebuah rangka untuk orang-orang untuk berpikir tentang gagasan dan inovasi baru untuk perusahaan mereka.

3. Pilih seseorang untuk bertanggung jawab dengan ide yang mereka berikan.

Buatlah mereka menjadi bos dari ide mereka sendiri dan berikan kepercayaan kepada mereka untuk mengubah ide tersebut menjadi sebuah inovasi pada perusahaan anda.
Selain dapat memudahkan anda untuk menangani ide-ide yang masuk, cara ini juga dapat membuat karyawan anda menjadi bangga dan semangat untuk membuat ide tersebut menjadi kenyataan.
Karyawan anda juga akan merasakan bahwa mereka memberikan pengaruh besar ditempat mereka bekerja, tentunya ini menambahkan loyalitas mereka kepada anda. Tapi  jangan biarkan mereka mengembangkan ide mereka sendirian, bantu mereka dengan memberikan saran anda dan ajak juga karyawan lain untuk memberikan masukan mereka.

4. Buatlah prioritas dari ide-ide anda.

Ajak tim anda untuk berdiskusi dan memberikan pendapat mereka ide mana yang harus dikerjakan terlebih dahulu. Beberapa ide mungkin saja memiliki peran besar untuk mengubah perusahaan anda menjadi lebih baik, dan pastikan ide tersebut berada menjadi prioritas utama anda.
Pastikan setiap keputusan yang anda lakukan telah mendapat persetujuan dari semua anggota tim anda agar mereka tahu dan membantu anda untuk mengembankan ide tersebut. Bagaimana? Sudah siap untuk mengumpulkan ide-ide baru dan mengubahnya menjadi inovasi?
Source: Entrepreneur / Image courtesy of snuggles/Flickr
jakarta fail

Rabu, 13 Februari 2013

12 Hal Berbeda yang Biasa Dilakukan Orang-Orang yang Sukses

Afternoon Sunset Sukses
Banyak orang mengatakan bahwa setiap orang mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi orang sukses dan ini memang benar. Hal ini memang benar, dan nyatanya hanya sedikit orang yang bisa memanfaatkan kesempatan tersebut sehingga akhirnya menjadi sukses dan banyak juga diantara mereka yang malah menyia-nyiakannya sehingga mereka menjalani kehidupan monoton dan biasa saja.
Mungkin anda mempunyai idola orang-orang yang saat ini telah meraih kesuksesannya seperti, Steve Jobs, Bill Gates, Waren Buffet dan masih banyak lagi. Tapi pernahkah anda mengetahui bagaimana mereka meraih kesuksesannya dan dan bagaimana mereka melakukannya?
Kali ini Marc, penulis blog populer Marc and Angel telah mempelajari kebiasaan dari banyak orang sukses dan membuat kesimpulan ternyata mereka semua memiliki kebiasaan yang berbeda dalam menjalani hidupnya untuk meraih sebuah sukses dan berikut adalah 12 hal yang dilakukan oleh orang-orang sukses:

1. Mereka membuat dan berusaha memenuhi sebuah target S.M.A.R.T.

Orang-orang yang sukses adalah orang-orang yang objektif. Mereka selalu memiliki sebuah target yang realistis dalam pikirannya. Mereka tahu apa yang mereka inginkan dan berusaha untuk mengejar hal tersebut. Untuk itu mereka biasanya membuat sebuat target S.M.A.R.T. dan berusaha mewujudkannya.
Menurut Marc, target S.M.A.R.T. adalah Specific, Measurable, Attainable, Relevant, dan Timely. Mari kita bahas satu per satu.
Spesific – target yang ingin anda capai haruslah spesifik, tentukan batasannya dan jangan sampai target yang akan dipenuhi meluas. Target yang lebih spesifik mempunyai kesempatan untuk  anda penuhi dan anda selesaikan lebih besar dibanding target yang umum.
Measurable – tidak hanya spesifik, anda juga harus membuat target tersebut dapat diukur secara logis untuk mengetahui proses dari target anda. Tanyakan kepada diri anda, seperti berapa banyak? berapa lama? Sehingga anda bisa mengetahui kapai target tersebut terpenuhi.
Attainable – anda harus membuat target yang objektif atau dengan kata lain dapat ada capai dan selesaikan atau dengan kata lain target tersebut harus realistik dan anda tahu cara menyelesaikan target tersebut.
Relevant – Target yang relevan maksudnya adalah apakah target tersebut penting dan mampu anda capai serta sesuai dengan diri anda.
Timely – Hal ini merupakan hal penting. Waktu, anda harus mempunyai sebuah deadline atau tenggat waktu dari setiap target yang anda buat. Ini akan membantu anda untuk lebih fouks kepada usaha anda sehingga dapat menyelesaikannya sebelum tenggat waktu yang ditentukan.
Jika anda ingin berhasil dan sukses, anda harus bisa membuat target anda menjadi target yang S.M.A.R.T. karena nantinya target ini akan membantu dan memberikan motivasi kepada anda untuk berusaha menyelesaikan target tersebut.
Setiap orang yang sukses atau berusaha ingin sukses harus mempunyai target dalam hidupnya. Jika target anda adalah sebuah kesuksesan, maka ukur kesuksesan tersebut, buat lebih spesifik, jadikan objektif dan relevan dan buat deadlinenya.
Mulailah dengan sebuah target kesuksesan yang kecil, jika anda seorang penjual sepatu. Tentukan berapa yang harus anda jual dalam satu hari, misalnya target anda menjual 1 pasang sepatu setiap hari. Capailah target tersebut terlebih dahulu, setelah anda berhasil tingkatkan menjadi 5 pasang. Jika berhasil lagi tingkatkan menjadi 10 pasang. Sampai akhirnya anda dapat menjual jutaan pasang sepatu setiap harinya dan menjadi seorang pengusaha sepatu yang sukses.

2. Mereka selalu berani mengambil tindakan tegas dan segera.

Jangan pernah bermimpi menjadi orang yang sukses jika anda tidak berani bertindak. Banyak orang yang mengaku memiliki keinginan untuk menjadi orang sukses namun mereka mengulur-ngulur waktu untuk bertindak dan bahkan ada yang tidak berani melakukan sebuah tindakan.
Perlu anda tahu, menjadi pintar tidak menentukan anda akan menjadi orang yang sukses. Hanya orang berani melakukan tindakan untuk merubah dirinya yang dapat menjadi orang sukses dan mereka memanfaatkan orang-orang pintar untuk bekerja kepada mereka.
Siapa itu Bill Gates? Dia hanyalah seorang mahasiswa yang drop out dari sekolahnya dan melakukan sebuah tindakan dengan membuat sebuah software yang akhirnya mengubah dunia ini. Hasilnya? Dia berhasil sukses dengan perusahaan Microsoft yang didirikannya,
Siapa itu Richard Branson? Dia hanyalah seorang penderita diseleksia yang dikeluarkan dari sekolahnya dan dengan berawal dari menjual majalah, akhirnya dia berhasil membangun sebuah kerajaan bisnis bernilai miliaran dollar, bernama Virgin Group.
Jadi anda hanya perlu berani membuat tindakan tegas untuk merubah hidup anda atau bahkan hidup orang lain menjadi lebih baik dan menjadi orang yang sukses. Semua pengetahuan dan kecerdasan sebenarnya tidak berguna sama sekali tanpa ada sebuah tindakan. Simpel kan?

3. Mereka fokus menjadi produktif, bukan menjadi sibuk.

Menjadi orang yang sibuk belum tentu akan membuat anda menjadi orang yang berhasil, tapi dengan menjadi orang yang produktif pastinya akan membuant anda sukses.
Kenapa bisa begitu? Sibuk tidak akan pernah membuat anda bisa mengembangkan diri anda, anda hanya dipenuhi tugas-tugas yang anda harus selesaikan, dan hal tersebut tidak akan membuat anda berkembang karena anda diperlakukan layaknya seperti robot yang sudah diprogram tanpa ada inisiatif untuk berkembang.
Work “smarter” not harder. Mungkin ini adalah ungkapan yang tepat untuk sekarang ini. Bagaimana anda mengubah kesibukan anda menjadi sebuah produktifitas? Mudah. Tenangkan diri anda, review semua komitmen dan target yang sedang anda ingin capai.
Buatlah prioritas dari tugas-tugas anda, dan lakukan tugas tersebut satu per satu mulai dari yang terpenting. Berikan diri anda untuk beristirahat disela-sela tugas satu dengan tugas lainnya.
Ingat hasil adalah yang paling penting dibanding waktu yang anda capai untuk meraih hasi tersebut.

4. Mereka membuat keputusan yang logis dan objektif.

Kadang orang yang sukses dapat meruntuhkan semua yang telah dia bangun bertahun-tahun hanya dengan sebuah keputusan yang emosional, dimana dia sangat dipengaruhi perasaannya dalam mengambil keputusan tersebut.
Emosi atau perasaan memang memberikan sebuah warna yang berbeda dalam kehidupan kita. Emosi juga dapat membuat kita melakukan hal yang salah, terutama dalam membuat sebuah keputusan.
Satu hal yang perlu diingat adalah jangan sampai emosi anda menguasai akal dan logika anda dalam mengambil sebuah keputusan. Jika hal ini terjadi, tenangkan dulu diri anda, sampai anda dapat berpikir dengan jernih, setelah itu baru anda membuat keputusan.

5. Mereka menghindari untuk membuat segala hal menjadi sempurna.

Kesempurnaan memang menjadi tujuan setiap orang dalam menyelesaikan tugas atau target yang dicapainya. Tapi kesempurnaan itu juga membuat seseorang terlalu banyak menghabiskan waktu dan perhatian untuk membuatnya dan juga menjaganya, sampai akhirnya mereka melupakan hal lain yang seharusnya mereka lakukan.
Seorang perfeksionis sangat menyukai sebuah kesempurnaan dalam hidupnya dan mereka juga selalu sulit untuk memulai suatu hal atau bahkan menyelesaikannya. Karena pada dasarnya  mereka selalu mempertimbangkan matang-matang suatu hal sebelum mereka memulai atau menyelesaikan hal tersebut.
Ingat, untuk menjadi seorang yang sukses tidak selalu harus menjadi orang perfeksionis, anda hanya perlu berani memulai dan menyelesaikan target anda, dan berusaha memperbaiki hasil dan proses yang anda lalui agar semakin baik dan semakin baik. Lagi pula tidak ada yang sempurna di dunia ini, iya kan?

6. Mereka bekerja diluar zona nyaman mereka.

Mereka yang sudah sukses sekarang ini, karena mereka mampu bekerja atau melakukan sesuatu diluar zona nyaman mereka. Orang-orang ini berani mengambil kesempatannya untuk mengubah hidup mereka, dan juga berani untuk menerima kegagalan yang jarang bisa diterima oleh orang-orang yang berada di zona nyaman.
Jika anda merasa hidup anda sekarang ini cukup membahagiakan dan terjamin, maka saat ini anda berada di zona nyaman. Untuk menjadi orang yang sukses, anda harus berani keluar dari zona tersebut dan melakukan sebuah tindakan perubahan serta menerima resiko sebuah kegagalan.
Orang-orang di zona nyaman takut untuk keluar dan melakukan sebuah tindakan karena mereka terlalu takut akan kehilangan kenyamanan mereka, dengan kata lain gagal. Perlu diingat, orang yang sukses adalah orang yang mampu menerima sebuah kegagalan yang mereka hadapi dan bangkit kembali untuk mewujudkan impiannya.

7. Mereka menjadikan sesuatu lebih sederhana

Leonardo da Vinci pernah mengatakan “Simplicity is the ultimate sophistication.” artinya kesederhanaan adalah sebuah kesempurnaan. Sesuatu yang sederhana dan simple tidak berarti berkualitas buruk, kadang hal tersebut memberikan manfaat yang berguna bagi setiap orang.
Di jaman modern ini, informasi sangat cepat bergerak dan muncul banyak inovasi yang tiada batasnya. Sayangnya hal ini membuat sebuah komplikasi, kesulitan dan juga konflik kebingungan.
Orang yang saat ini telah meraih kesuksesan berusaha selalu membuat sesuatu menjadi sesederhana mungkin sehingga mudah dimengerti dan juga dipahami. Jika anda adalah seseorang yang sedang berusaha menjual suatu produk, pastikan produk tersebut simple dan sederhana untuk para pelanggan anda.
Kita bisa mengambil contoh dari Google, dan melihat bagaimana mereka membuat mesin pencarinya begitu sederhana dan simple dengan hanya menampilkan logo dan kotak pencari didalamnya, tanpa adanya hal-hal lain yang tidak perlu. Namun kesederhanaan tersebut, membuat Google menjadi lebih mudah digunakan, sehingga pada akhirnya perusahaan ini mampu menjadi perusahaan internet terbesar di dunia.

8. Mereka berfokus membuat sesuatu yang kecil dengan pengembangan tanpa henti.

Mulailah dengan suatu perubahan yang kecil, dengan mimpi yang besar. Tidak ada seorang pun yang mampu membuat hal besar langsung dalam sekejap mata. Semua itu dimulai dari sesuatu yang kecil dengan pengembangan tanpa henti, karena jika terus dikembangkan hal yang kecil juga lama-lama bisa menjadi besar.
Jika anda mulai dengan hal yang kecil, anda tidak harus membutuhkan banyak motivasi dan sumber-sumber untuk menciptakan hal tersebut. Setelah hal yang kecil tersebut tercipta, mulai kembangkan dan terus kembangkan sampai lama-kelamaan hal tersebut menjadi sebuah hal yang besar dan dapat mengubah orang-orang di dunia.
Lihat bagaimana Facebook memulai, dari hanya jejaring sosial kecil untuk mahasiswa, sampai akhirnya menjadi jejaring sosial yang telah memiliki 1 miliar pengguna di seluruh dunia. Atau pengusaha Bob Sadino, yang memulai usahanya dari berjualan telur keliling, sampai akhirnya dia berhasil mengelola jaringan retail makanan Kem Chicks yang tersebar dimana-mana.

9. Mereka selalu mengukur dan melihat proses dari target mereka.

Orang-orang yang sukses tidak hanya bekerja di bisnis mereka, tapi mereka juga bekerja dalam bisnisnya. Mereka selalu mengevaluasi apa yang mereka telah lakukan. Mereka juga mengukur posisi mereka dengan target yang akan mereka capai dan berusaha mengetahui bagaimana cara mengimprovenya.
Anda tidak dapat mengontrol apa yang anda tidak ukur dan ketahui. Jika anda mampu melihat dimana posisi anda saat ini, anda bisa memutuskan apakah cara anda sudah benar atau anda berada di jalan yang salah. Dengan begitu anda dapat memperbaiki cara anda dalam mencapai target tersebut.
Bayangkan jika anda adalah seorang penjual buku dan anda tidak pernah menghitung berapa buku yang anda jual setiap hari. Apakah anda dapat menentukan target anda? Tentunya tidak sehingga pada akhirnya anda tidak dapat mengukur kesuksesan anda.
Coba ukur setiap tindakan yang anda lakukan, catat proses tersebut agar anda dapat mengingatnya. Lalu tetapkan target yang ingin anda capai dan ukur apakah anda sudah mencapai target tersebut atau belum. Jika belum, pastinya ada sesuatu yang salah yang anda lakukan dan anda harus memperbaikinya agar anda mampu mencapai target tersebut.

10. Mereka berkonsentrasi kepada hal yang positif dan juga belajar dari kesalahan mereka.

Orang-orang sukses adalah orang-orang yang mampu berpikir positif dan berkonsentrasi pada hal positif tersebut. Mereka tahu kepositifan mereka mampu membawa mereka kepada sebuah kesuksesan. Jika anda ingin menjadi sukses, anda harus memiliki pandangan positif kepada apapun yang terjadi di sekeliling anda. Bahkan pada sebuah kegagalan.
Kehidupan ini selalu mencoba mengetest anda apakah anda akan terus berpikir positif atau malah berpikir negatif. Test itu adalah kegagalan. Jika anda berpikir positif, anda akan melihat kegagalan tersebut adalah sebuah kesempatan dan sebaliknya jika anda berpikir negatif, anda akan melihat kegagalan adalah akhir dari semuanya.
Belajarlah dari kegagalan dan jadikan itu batu loncatan anda untuk maju lebih jauh lagi. Jangan sampai pikiran negatif menguasai anda dan melumpuhkan diri anda untuk menjadi orang sukses.

11. Mereka menghabiskan waktu dengan orang-orang yang benar.

Pernahkah anda melihat seorang direktur dari sebuah perusahaan multinasional bergaul dengan preman? Tentunya tidak. Dia pastinya akan bergaul dengan orang-orang professional dan ahli.
Orang-orang sukses selalu menghabiskan waktu mereka untuk bergaul dan berkomunikasi dengan orang-orang yang sama dengan mereka, mampu mendukung mereka dan juga satu bidang dengan mereka. Mereka membuat sebuah ikatan sosial yang dapat memunculkan energi baru bagi mereka dan membuat mereka mampu meraih target mereka.
Sebenarnya sangat sederhana, pergaulan anda akan menentukan menjadi apakah anda. Jika bergaul dengan orang-orang yang salah, anda akan mendapat energi negatif yang akan membuat anda menjadi negatif, begitu juga sebaliknya. Pastikan anda berhubungan dengan orang yang mampu mendukung anda untuk mencapai apa yang ingin anda raih.

12. Mereka berusaha menyeimbangkan kehidupan mereka.

Pada dasarnya, tidak semua orang dapat meraih semua target dalam hidup mereka. Biasanya mereka hanya meraih 1 atau 2 dari target dalam hidup mereka.
Kadang ada orang yang berhasil membuat sukses bisnisnya dan memiliki banyak uang, namun disisi lain dia tidak bahagia karena tidak memiliki cinta dalam dirinya dan membuatnya kesepian. Atau seorang yang sangat bahagia karena dikelilingi orang yang mampu mengasihinya, tapi sayangnya orang tersebut harus bekerja keras untuk mendapatkan uang.
Jangan sampai anda terjebak dalam hal ini. Pastikan hidup anda seimbang baik untuk bisnis, sosial, keluarga dan cinta. Jika anda terlalu berfokus kepada bisnis anda, pada akhirnya anda akan menyesal karena hal tersebut. Berikan waktu kepada diri anda untuk menikmati hal-hal lain yang harus anda rasakan, jangan sampai uang membutakan pikiran anda.
Keseimbangan ini juga membantu diri anda untuk lebih bahagia dalam hidup, karena satu hal yang pasti orang sukses adalah orang yang mampu membuat dirinya bahagia dalam segala aspek hidupnya.

from jakarta fail