Senin, 18 Juli 2011

Kisah Katak dan Sumur Tua


Di sebuah kubangan, hiduplah tiga ekor katak muda. Semenjak dilahirkan, katak-katak muda tersebut tidak pernah pergi ke mana-mana. Bagi mereka, kubangan itulah yang menjadi pusat kehidupannya. Mereka makan, tidur dan bermain di kubangan tersebut.

Suatu hari, musim kemarau yang berkepanjangan muncul. Karena tak setetespun hujan turun, dan matahari bersinar terlampau terik, akhirnya kubangan tersebut kering kerontang. Airnya menguap tak bersisa, dan meninggalkan ketiga katak yang hampir lemas.

Salah satu katak kemudian berkata, "kalau kita tidak memberanikan diri pergi dan mencari sumber air lainnya, maka kita akan mati kelaparan dan kering di sini." Katak lainnya pun mengangguk setuju. Dan pergilah para katak mencari sumber air.

Tak jauh dari kubangan tempat tinggal mereka, berdirilah sebuah sumur yang tua. Airnya jernih dan tampak segar. "Hei, lihatlah, kita selamat!" sahut seekor katak. Ia pun mengajak saudara-saudaranya melompat ke dalam sumur tersebut. "Di sini kita akan tinggal, airnya jernih dan berlimpah, tentu kita akan selamat dan tak akan kekurangan lagi."

Seekor katak lainnya menolak, "tidak, aku tak mau lompat ke situ. Bayangkan saja kalau nanti sumur ini juga kering, bagaimana kita keluar dari sumur ini? Mending aku pergi ke danau dan mencari tempat aman di sana," katanya. Sang katak yang pertama kali menemukan sumur angkuh berkata, "buat apa kamu ke danau. Di situ banyak binatang lain dan buaya yang siap menyantap kita. Lebih baik aku mati di sini saja," katanya bersikeras. Ia pun melompat dan berenang-renang bahagia di dalam sumur.

Sementara dua katak lainnya memutuskan pergi ke danau. Di sana mereka berkumpul dengan keluarga katak, yang sudah tinggal lama. Buaya memang menjadi ancaman bagi mereka, namun ada saja cara untuk menghindar dan menemukan persembunyian yang aman.

Sedangkan katak keras kepala yang nekat melompat ke dalam sumur, mati setelah sumur tua juga ikut kekeringan.

Saat melakukan sesuatu, tentu ada saja resiko yang harus kita tempuh. Namun, kita juga harus bijaksana memilih resiko mana yang bisa dijadikan tantangan dan kita hadapi. Kelebihan dan kekurangan, hendaknya dipertimbangkan, agar ke depannya kita bisa sukses dan tidak terjebak pada kegagalan.


SUMBER:Agatha Yunita

Nilai Sebuah Senyuman Kita


Dia tidak meminta bayaran, namun menciptakan banyak
Dia memperkaya meraka yang menerimanya, tanpa membuat melarat mereka yang memberinya.

Dia terjadi hanya sekejap namun kenangan tentangnya kadang-kadang bertahan selamanya.

Tak seorangpun yang meskipun kaya mampu bertahan tanpa dia, dan tak seorangpun yang begitu miskin tetap menjadi lebih kaya daripada manfaatnya.

Dia menciptakan kebahagian di rumah, mendukung niat baik dalam bisnis dan merupakan tanda balasan dari kawan-kawan.

Dia memberi istirahat untuk rasa lelah, sinar terang untuk rasa putus asa, sinar mentari bagi kesediahan dan penangkal alam bagi kesulitan.

Namun dia tidak bisa di beli, dimohon dipinjam atau dicuri karena dia adalah sesuatu yang tidak berguna sebelum di berikan pada orang lain.

Dan apabila pada menit terakhir kesibukan ... di mana sebagian pelayan penjual kami menjadi terlalu lelah untuk memberi Anda senyuman, bolehkah kami meminta Anda meninggalkan seulas senyuman Anda?

Karena tak seorangpun yang begitu yang lebih membutuhkan senyuman daripada mereka yang tidak punya lagi yang tersisa untuk diberikan!

Senyum merupakan aktivitas dan ekspresi wajah. Kelihatannya mudah tapi sebagian orang susah. Susahnya di mana? pada saat senyum yang ikhlas. Dalam Islam senyum itu di nilai ibadah, d sisi sosial, dengan senyum , maka kita mampu membahagiakan orang lain. MArilah senyum seikhlasnya agar kita tidak tergolong manusia yang pelit

SUMBER: Abdul Karim Ismail